Antara Hobi, Kerja dan Keluarga

MENULIS sudah menjadi hobi yang saya sukai sejak lama. Puncak kepenulisan saya diraih ketika saya berhasil menyelesaikan dua novel dwilogi (Sang Koki Listrik, 2012 dan Wasiat Segelas Pasir, 2014). Setelah itu saya tetap terus menulis, entah itu sajak atau jurnal harian, bisa juga celoteh yang tidak begitu penting. Namun apa yang saya tulis bukanlah sembarang tulisan, saya selalu memastikan agar tulisan saya berbobot dan memberi manfaat bagi Pembacanya.

Setelah Fatih Al-Karim anak pertama kami lahir, waktu untuk menulis saya sedikit sekali. Maklum saja jika saya jarang memposting tulisan baru. Kau tahu, selepas pulang kerja saya membantu istri saya mengasuh dan mengerjakan hal yang bisa dilakukan agar pekerjaan istri saya sedikit ringan. Pasca persalinan adalah waktu-waktu berat yang kami lalui hingga hari ini, anak kami berusia sembilan bulan. Kami hanya bisa menguatkan satu sama lain, berdoa dan bersabar. Dengan keyakinan bahwa ini adalah sementara dan kami bisa melaluinya. 

Saya jarang pegang hape ketika di rumah. Saya hanya membalas chatt atau menjawab telpon jika itu penting saja. Jika tidak, saat ada waktu luang saya akan membalasnya. Waktu hanya tercurah untuk anak kami. Jika kau pikir, saat pulang kerja saya beristirahat. Itu salah. Justru ketika selesai bekerja, jam kerja saya baru dimulai. Mengurus pekerjaan rumah tangga bukanlah hal mudah. Saya kasih tahu kalian, jangan pernah buat Ibu kalian di rumah marah apalagi menangis, sebab Ibu-lah yang mengurus kalian sejak kecil, Ibu-lah yang mengurus rumah, yang tidak akan tidur ketika anaknya menangis, yang selalu khawatir akan kesehatan dan kondisi anaknya setiap saat. Menjadi orangtua bukanlah hal mudah, kawan.

Untuk kalian yang masih muda, mulailah belajar banyak hal yang akan mendukung keterampilan di masa depan. Bagi lelaki, perdalam ilmu, perbanyak keterampilan, istri dan anakmu kelak membutuhkan sosok Ayah yang bisa melakukan banyak hal. Yang mampu membimbing dan mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang lebih baik. Jika kau menyadari betapa besarnya tanggung jawab seorang lelaki, sungguh sedikit sekali waktu untuk bermain.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: