DI TENGAH panasnya isu tentang kenaikan Dollar terhadap Rupiah yang menembus angka lima belas rupiah akhir-akhir ini (mudah-mudahan perekonomian negeri kita segera membaik, aamiin). Saya teringat sebuah kejadian kecil saat di Cina dulu.
***
SEPULUH TAHUN LALU.
MUSIM DINGIN di Sanhe membuat kami mengenakan berlapis pakaian tebal, kupluk dan sarung tangan. Suhu waktu itu mencapai minus tujuh belas derajat. Area PLTU diselimuti salju, lima petugas kebersihan membersihkan jalanan agar tidak tertutup salju. Di ujung jalan ada dua Petugas Pengantar Makanan. Yang satu usianya relatif muda, ia mengenakan jaket berwarna merah garis hitam dengan kupluk warna gelap. Sementara yang satunya lagi sudah agak berumur, mengenakan jaket warna biru tua, dia perokok berat nampak dari gigi-giginya. Mereka berdua tiba di depan Kantor kami, menurunkan beberapa galon air mineral.
Petugas Pengantar Makanan yang masih muda memanggil saya dengan isyarat tangan, ia mengeluarkan selembar uang kertas dari dompetnya. Selembar kertas satu Dollar Amerika. Kemudian dia memberikan isyarat kepada saya agar juga mengeluarkan dompet. Saya tidak berpikir apapun waku itu, lalu menuruti kehendaknya. Saya perlihatkan isi dompet kepada mereka, yang isinya beberapa lembar Yuan dan selembar uang kertas bergambar Pahlawan Kapitan Pattimura. Mereka berdua melirik ke isi dompet sembari menunjuk uang kertas rupiah. Saya mengambil selembar uang kertas rupiah dan memberikannya. Petugas yang masih muda terlihat senang. Lalu dia memberikan satu Dollar Amerika yang dipegangnya tadi kepada saya. Tak lama mereka pergi sambil melambaikan tangan.
Saya tersenyum melihat selembar kertas uang yang diberikannya.