SAYA baru saja melahap satu porsi mie instan yang saya masak sendiri. Tidak lama, hanya sepuluh menit waktu yang dibutuhkan untuk memasak. Rasa bumbunya selalu menggugah selera, mie goreng selalu jadi andalan untuk mengganjal perut yang lapar.
Entah mengapa, tiba- tiba saya teringat peristiwa empat tahun lalu ketika saya masih berada di Cina. Hampir tujuh bulan lamanya menetap disana, kami ingin sekali mencicipi makanan khas Indonesia. Tidak seperti di tanah air, disana susah sekali untuk mencari mie goreng, kecap atau saus yang berlabel Halal. Waktu itu kerinduan untuk pulang ke tanah air semakin tinggi sementara tiket pulang belum ada tanda- tanda keluar. Pernah, salah seorang paman dari rekan kami, Radi, datang menjenguk, Ia membawakan satu kardus mie goreng, lengkap dengan kecap dan saus. Kabar baik, rekan kerja membagi- bagikannya kepada kami. Ia tahu, bahwa sebungkus Indomie amat berarti.
Dua bulan berlalu, sebungkus mie goreng tidak cukup untuk melampiaskan kerinduan, maka salah seorang rekan saya, Made, memutuskan untuk mencari penjualan mie instan Indonesia yang dijual di Cina. Setelah bersusah payah, tanya sana, tanya situ dan berbekal kecakapan berbahasa Mandarin yang pas- pasan. Akhirnya didapatlah penjualan mie instan online. Harganya cukup mahal 3.75 Yuan/bungkus atau Rp. 5625/bungkus (kurs waktu itu 1 Yuan = Rp.1500).
Akhirnya paket itu tiba di tempat kami, setelah menunggu selama tiga hari. Mie instan yang dikirim dari kota ShenZhen itu kami nikmati bersama. Satu hal yang membuat saya sadar waktu itu adalah betapapun banyak ragam makanan yang ada, tetap saja makanan khas tanah air yang pas di lidah, tiada duanya. Saran saya, jika Anda memutuskan untuk tinggal di negara lain untuk jangka waktu lama, maka sebaiknya bawalah makanan khas Indonesia. Hal ini adalah langka antisipasi jika suatu saat Anda merindukan tanah air. Setidaknya, bisa menahan rasa ingin pulang.
“Ini ceritaku, mana ceritamu?”
*Catatan ini ditulis, ketika saya menyadari bahwa menikmati semangkuk Indomie di Cina adalah momen yang layak untuk dikenang.