SAYA suka minum kopi sendirian. Membaca buku atau bermain gitar sendirian pula. Melakukan perjalanan naik motor, bus pun juga sendirian. Bahkan pulang atau berangkat dari rumah juga sendirian. Pun juga duduk di beranda kamar sendirian, sambil mendongakkan kepala ke atas langit malam. Menikmati gugusan bintang, sendirian. Hal ini memberikan banyak waktu untuk berpikir lebih banyak dan membebaskan ide- ide liar dalam kepala saya.
Hingga suatu saat saya menyaksikan kakek- nenek duduk di teras rumahnya dan anak kecil bermain bersama ibunya. Saya sadar. Meskipun saya suka sendirian, tapi saya tak ingin kesepian.
Saat kita dilahirkan sendirian begitu pula ketika tiba pada hembusan nafas terakhir. Kita sendirian. Meskipun pada akhirnya tiap- tiap kita akan sendiri, setidaknya ada ‘jeda waktu yang cukup panjang’ dalam hidup kita untuk berbagi hati, menghabiskan waktu yang tak singkat ini untuk hidup bersama dengan orang yang kita cintai. Lalu bagaimana jika seseorang yang saya cintai itu kamu? Maukah kau menemaniku?