PAGI ini saya terkejut dengan sebuah status di BBM yang ditulis oleh rekan saya, “Our deepest condonlances for Pak Fikyen. May you rest in peace”. Lalu saya segera membuka obrolan dengannya, perihal status tersebut. Dan ternyata, memang benar bahwa Pak Fikyen meninggal dunia saat pertukaran alih shift.
Pak Fikyen adalah salah satu rekan kerja kami yang tinggal tak jauh dari dari tempat kami bekerja, ia tinggal di dusun seberang sungai Lematang. Lelaki berkumis tebal yang biasa mengendarai sepeda motor berwarna itu telah pergi untuk selamanya. Ia meninggalkan seorang istri dan tiga orang anaknya. Kepergiannya adalah kabar yang amat mengejutkan bagi keluarga, tetangga, sahabat dan terkecuali kami rekan kerjanya. Beliau meninggal mendadak. Sebab sesaat sebelum berangkat bekerja, ia berangkat dari rumah dalam keadaan sehat bugar, tak ada tanda- tanda sakit ataupun menderita suatu penyakit. Menurut pengakuan ayahnya, ia tak memiliki riwayat penyakit yang parah.
Saat melakukan pergantian shift, tiba- tiba ia mendadak kejang, tubuhnya dingin, kakinya biru. Beberapa rekan kerja yang ada disana segera memberi bantuan, lantas menghubungi pihak Departemen untuk mengantarnya ke Rumah Sakit, namun naas, ia menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan ke rumah sakit. Penyebab pasti meninggalnya rekan kami tersebut belum diketahui, pihak keluarga juga tak meminta untuk melakukan visum, dilihat dari kejadian sesaat sebelum meninggal diduga ia meninggal karena serangan jantung.
***
Mungkin ada baiknya, jika sesekali kita meluangkan waktu sejenak untuk berkunjung ke kuburan, tempat dimana orang- orang yang telah pergi dan tak pernah kembali. Untuk melembutkan hati yang keras. Dan untuk menyadarkan diri kita bahwa bumi adalah tempat meninggal, bukan tempat tinggal.