HARI yang ditunggu itu tiba, akhirnya saya bisa merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga. Saya pulang ke rumah tepat di akhir Ramadhan atau sehari sebelum Hari Raya. Saya bahagia sekali sebab hari lebaran tahun ini jatuh saat libur shift. Jadi, saya tak perlu ambil cuti. Masih segar ingatan tahun lalu, saya berlebaran di tempat kerja, shift malam pula.
Suasana lebaran di tempat saya tinggal selalu membuat haru. Gema takbir menggema dari pengeras suara Masjid, anak- anak bermain petasan, aroma masakan di dapur, dan saya dengan mudah menikmati semua momen itu dengan bahagia.
Sehabis sholat Ied yang dilaksanakan di lapangan terbuka, kami para warga berbondong- bondong datang ke Masjid menghadiri acara halal- bihalal sembari membawa makanan masing- masing dari rumah. Disana ada Pak RT/RW, pemuka masyarakat, pengurus masjid, remaja masjid, anggota karang taruna berkumpul di dalamnya, terpisah antara lelaki dan perempuan. Acara ini rutin dilakukan, dua kali dalam setahun (setelah sholat Idul Fitri dan Idul Adha). Acara ini digelar untuk membahas kemajuan masjid, melaporkan keuangan masjid, kegiatan pengajian di dalamnya, menampung aspirasi/pendapat/saran/kritik dari warga, meningkatkan hubungan silaturahmi antara tetangga. Dan terakhir, ditutup dengan acara makan bersama saling bertukar makanan.
Selain itu, lebaran juga sebagai momen yang pas untuk bertemu dengan sahabat- sahabat dekat, pada momen lebaran seperti ini mereka yang merantau di pulau seberang pulang ke kampung, begitu juga dengan tetangga, sanak saudara. Semuanya mudik ke kampung masing- masing. Disinilah kita bisa bertemu dengan teman- teman. Kebahagiaan seperti ini memang amat berharga, bahkan diberi upah lembur lebih agar bekerja saat lebaran pun akan saya tolak. Berkumpul bersama orang- orang yang kita sayangi adalah momen berharga.
Saling berkunjung dan mengunjungi rumah kerabat adalah hal yang biasa dilakukan selama dalam suasana lebaran. Begitu juga saat diberi uang oleh anggota keluarga seperti: Orangtua, Oom, Tante. Saya dulu juga begitu sering diberi uang saat lebaran. Namun kini sudah tak lagi, sebab saya sudah besar dan bekerja. Giliran saya yang memberi uang kepada keponakan- keponakan saya.
Ramadhan telah berlalu, begitu juga dengan Idul Fitri. Dan tak ada satupun yang bisa memastikan apakah kita masih akan bertemu lagi dengan keduanya. Ini cerita lebaran milik saya, ceritamu mana?