Multi Bakat dan Perkembangan Zaman

SEORANG perempuan yang pernah saya kenal setidaknya menguasai 3- 4 bakat dalam dirinya. Dan bukan hal yang mustahil jika di tempat lain, ada juga orang yang memiliki bakat lebih dari itu.

Ia adalah salah seorang sahabat saya, seorang perempuan berusia 22 tahun yang sedang menanti wisudahnya tahun ini bisa dibilang unik. Sebut saja A. Disela kesibukannya sebagai mahasiswi ternyata ia memiliki banyak bakat, hal ini bisa dilihat dari catatan di blog miliknya. Si A memiliki kemampuan di bidang pemrograman komputer, hal ini terkait dengan jurusan yang ia ambil di Universitas tempat ia kuliah. Si A suka menyanyi, ia kerap memosting suaranya di awan berwarna orange itu. Ia juga suka snorkeling dan bertualang, bahkan ia pernah mendaki gunung, sebuah aktifitas yang jarang dilakukan oleh perempuan lainnya. Di lain sisi, ia mencintai dunia fotografi. Ia kerap hunting ke luar kota hunting foto bersama teman- temannya dan memanjat menara masjid, mengabadikan tempat- tempat indah yang layak difoto. Berkat hobi fotografinya tersebut, dan hasil foto yang ia miliki. Ia sering diminta oleh Dosen di kampusnya untuk menjadi Fotografer dalam beberapa acara dengan imbalan yang lumayan. Hal ini cukup menguntungkan baginya yang juga merupakan anak kos. Oh ya, ia juga bisa mengendarai motor, baik itu jenis matic, dan bebek. Ia pernah bercerita bahwa ia sering mengantar adik atau keponakannya ke sekolah naik motor. Namun bagaimanapun juga ia tetaplah perempuan, yang bisa juga menangis ataupun galau.

Perkembangan zaman dan teknologi benar- benar mengubah banyak kebiasaan manusia, mulai dari cara hidup, berkomunikasi hingga bertetangga. Perkembangan ini pula berdampak pada kemampuan manusia untuk bertahan hidup. Manusia setidaknya harus memiliki lebih dari keterampilan/bakat dalam dirinya untuk hidup. Transportasinya misalnya, selain mengandalkan kendaraan umum. Seseorang yang bekerja di dalam hutan, yang minim kendaraan umum (contohnya saya) harus bisa menyetir atau mengendarai motor untuk pulang- pergi. Di zaman penyembah kecepatan sekarang ini, orang- orang juga harus menguasai internet dan program komputer lainnya untuk berkomunikasi, applikasi chatting yang terdapat pada smartphone adalah contoh betapa internet sudah meng-global. Dan semua orang sudah sepantasnya tahu bagaimana menggunakannya dengan baik. Pemesanan tiket pesawat/kereta, akses berita di media online, bahkan sekolah pun sudah menggunakan internet sebagai sarana pertukaran informasi dan berkomunikasi.

Tidak hanya perempuan, lelaki justru lebih dituntut untuk belajar banyak dan menguasai bakat pada beberapa bidang ilmu pengetahuan. Sebagaimana kita tahu bahwa di masa depan, seorang lelaki akan menjadi pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab penuh atas kehidupan yang layak. Bakat ini amat berguna bagi kehidupan dan cara bertahan hidup di masa depan, seperti: mendalami ilmu agama, keterampilan berbicara, menulis, memperbaiki pompa air yang ‘masuk angin’, kelistrikan, menyetir, naik motor, arsitek, pertukangan, berkebun, berdagang, manajemen keuangan dan lain- lain.

Namun, tak jarang kita kerap menjumpai orang- orang yang bisa menulis, memasak, main film, menyanyi dan mengerjakan banyak hal lainnya hanya untuk mendapat pengakuan dunia, menghabiskan banyak keringat hanya untuk dipuji karena kuantitas dan keragamannya saja.

Dan saya? tentu tidak termasuk dalam kategori “multi- bakat” yang sedang saya bicarakan ini. Saya merasa tidak punya bakat sama sekali. Oleh karena itu saya hanya mencoba banyak hal. Pada libur shift saya mencoba banyak hal, menggambar, menyanyi, bermain gitar, memodifikasi motor, dan memasak (jarang sekali). Untuk hal memasak, saya bisa memasak tempe goreng, telur dadar dan nasi goreng. Namun hasilnya gagal, rasanya tidak karuan (namun karena lapar, kadang masakan sendiri lebih enak). Pernah juga menggambar, hal ini saya lakukan saat mengerjakan tugas menggambar di tempat kerja, sesekali menggambar corat-coret yang kadang saya sendiri bingung untuk menyebut itu gambar apa. Dan kadang hal itu membuat pekerjaan saya tidak selesai. Terlalu banyak hal yang ingin dikerjakan sehingga tidak fokus pada tiap- tiap pekerjaan.

Dan pada akhirnya multi bakat tak lepas dari mengenali diri, menggali potensi yang ada dan memberdayakannya untuk kemudahan menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Semua orang terlahir dengan bakatnya masing- masing, saatnya kita menemukan itu pada dalam diri.

Sudah sepantasnya jika multi bakat ini dianggap sebagai kebutuhan, bukan lagi keterampilan sebagai pengakuan atau kebanggan diri. Semua orang harus gesit, lincah, pintar dan mampu bertahan dan menjawab semua tantangan zaman yang ada hari ini. Berbahagialah bagi mereka yang dianugerahi multi bakat yang membuat pekerjaannya selesai dengan mudah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: