SAAT pulang ke rumah, Emak selalu memasakkan makanan yang saya suka. Tempe goreng, jamur tiram goreng menjadi lauk makan yang dinanti- nanti. Nafsu makan saya naik dua kali lipat saat berada di rumah. Padahal, kalau dipikir- pikir, lauknya biasa saja. Jika dibandingkan dengan masakan yang di kantin tempat kerja sungguh jauh berbeda. Tapi entah kenapa, meski lauk di rumah begitu adanya, bagi saya masakan di rumah selalu istimewa.
Setiap hendak berangkat ke tempat kerja, Emak telah menyiapkan beraneka makanan sebagai bekal yang saya bawa. Namun karena keterbatasan muatan tas dan juga karena saya naik motor (tidak nyaman rasanya membawa banyak barang saat bermotor), kerap saat tiba di tempat kerja bekal makanan yang tadi tersusun rapi menjadi remuk karena guncangan saat berkendara, maklum jalur menuju tempat kerja tak semulus jalan raya yang sudah beraspal.
Bekal makanan yang disiapkan Emak beraneka macam, ada donat, buah- buahan, nasi- lauk- sayur, kerupuk dan sebagainya. Nah, karena seringnya makanan- makanan tersebut remuk dan tak jelas lagi bentuknya sesampainya saya di tempat kerja maka kadang saya menolak untuk membawa bekal yang telah Emak siapkan. Namun dilain kesempatan, Emak masih menyiapkan bekal yang sama banyaknya. Kadang saya jengkel sendiri. Namun akhirnya saya sadar dan berpikir bahwa saya tak pernah tahu kapan bekal makanan tersebut menjadi bekal makanan terakhir yang saya bawa. Setelah hari itu saya selalu membawa bekal makanan yang Emak sediakan dengan suka-cita.