“TAK TERNILAI HARGANYA! Sekali lagi kukatakan padamu, harga sebuah kejujuran tak ternilai harganya!”
Tak peduli seberapa banyak uang yang kau punya, tak peduli seberapa banyak tanah kau miliki, pesawat terbang kau punya, kapal pesiar dan bahkan pulau kau miliki. Tetap tak bisa membeli apa yang disebut dengan kejujuran.
Sikap jujur ini adalah sikap mulia, sekaligus sikap yang tidak lagi melekat pada Pemimpin negeri ini. Lihatlah kenyataan yang ada di negeri ini, kasus korupsi terus bertambah merajalela. Bak parasit tumbuh subur. Membekas luka, menyakiti bangsa sendiri, menyisakan banyak penderitaan bagi rakyat. Omong kosong pada janji- janji busuk yang keluar dari mulut manusia yang disebut Pemimpin saat pidato pemilihan umum. Peduli setan pada harapan- harapan semu yang mereka buat. Bedebah- bedebah diatas sana sibuk mengkayakan diri, membangun tampuk demi tampuk kekuasaan, menguasai jengkal demi jengkal tanah milik rakyat, yang mereka pikir akan bisa menghidupi keluarga mereka hingga tujuh keturunan? Apa peduli mereka tentang nasib rakyat yang makan malam pun tak tahu harus makan apa? Anak- anak bahkan pergi ke sekolah pun bertarung nyawa melewati jembatan ambruk, menyeberangi sungai, peduli apa tentang pendidikan? Membangun banyak gedung sekolah tanpa menambah banyak guru? Peduli apa mereka tentang pentingnya membaca? Menyuruh rajin membaca sementara harga- harga buku melambung naik tinggi dibiarkan saja? Peduli apa? Lalu kemana perginya janji- janji itu? Ke tong sampah?
Di media saat ini sungguh menyedihkan. Di tengah kecamuk pertikaian elite orang- orang saling serang antar sesama, berkoar sana- sini memberikan pernyatan, beradu argumen. Demi membela apa yang mereka sebut sebagai ‘kepentingan rakyat’. Sungguh bangsa Indonesia kini sedang perang melawan bangsanya sendiri, inilah yang dulu pernah Bung Karno katakan:
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.
Itulah kenapa terjadi begitu banyak penderitaan yang dialami oleh rakyat. Korupsi benar- benar merampas hak rakyat hingga ke akarnya. Koruptor membuat semua hal yang kita impikan lenyap seketika, rusak dan berkarat. Indonesia negeri kaya raya, subur dan makmur namun rakyatnya kelaparan diatas lumbung padi sendiri. Kekayaan negeri ini dihisap habis oleh Koruptor yang tak punya nurani, mereka lupa akan amanah saat menjabat dulu, pun lupa suatu hari mulut mereka akan penuh tanah.
Di negeri yang mayoritas beragama Islam ini, katanya. Tidakkah kita semua berkaca pada sikap teladan mulia Baginda Rasulullah Muhammad saw. Dengan sikap kejujuran beliau, ia dijuluki Al-Amin yang berarti orang yang dapat dipercaya. Ingatlah kisah ketika Umar bin Khattab memikul sendiri karung gandum ke rumah rakyatnya, karena Umar gentar sekali atas dosa telah menjadi Pemimpin tidak amanah. Tidakkah kita malu pada mereka?
Maka genggam erat sikap jujur, gigit dengan gigi geraham. Sebab pertolongan Allah tidak akan datang kepada negeri muslim jika penduduknya tidak jujur, namun Allah swt tetap memberi pertolongan kepada negeri yang bukan muslim jika penduduknya jujur. Maka alangkah baiknya jika kita menjadi penduduk muslim yang jujur. Sungguh pertolongan Allah swt amat dekat. Saya percaya sikap jujur itu masih melekat erat pada orang- orang yang bekerja membela kebenaran, demi rakyat, bangsa dan agamanya.
Mari berantas korupsi hingga ke akarnya, tanamkan sikap jujur dalam diri masing- masing, didik anak- anak kita dengan baik tanamkan sikap mulia ini, ingatkan keluarga kita dan sahabat betapa berharganya sikap jujur, agar suatu saat kelak cita- cita kita semua untuk menjadikan Indonesia bebas korupsi terwujud. Semoga.