“Kepada yang terhormat hari esok, mohon untuk tidak mengganggu. Saya ingin menikmati hari ini”
SAYA punya banyak waktu untuk keluarga selepas pengunduran diri dari Perusahaan. Malam tak lagi terganggu oleh suara alarm dari hape yang membangunkan saya untuk masuk kerja malam. Dan tak pula mesti was- was akan semua aturan kerja yang kerap menyita pikiran. Saya kira itu adalah salah satu nikmat yang patut disyukuri.
Sebagai tunakerja, saya juga bingung dengan jadwal sehari- hari setelah jadi pengangguran. Sebab semasa bekerja, semua aktifitas saya dikendalikan oleh jadwal kerja. Dengan libur kerja yang sedikit mustahil mengerjakan banyak hal. Kegiatan saya setiap hari berputar seratus delapan puluh derajat. Saya menghabiskan waktu di rumah, membantu pekerjaan dapur, menyapu, mengepel, mengantar dan menjemput istri bekerja. Sementara saat akhir pekan saya jalan- jalan keliling kota, kadang saya habiskan di rumah saja, makan, tidur, menonton, membaca dan menulis. Saya benar- benar menikmati kondisi seperti ini. Suatu hal yang jarang sekali terjadi dalam hidup saya dalam enam tahun terakhir. Libur panjang yang indah. Ya, indah sekali.
Meski demikian saya tetap bertanggung jawab terhadap keluarga. Sebagai seorang suami saya mesti memberi nafkah lahir dan batin. Saya belum bekerja (lagi), entah apakah nanti saya akan bekerja di pabrik lagi atau tidak. Rencananya saya ingin mencoba berwiraswasta setelah pengunduran diri ini. Namun, belum terpikir untuk membuka usaha apa? Seperti apa dan bagaimananya. Entahlah. Untuk saat ini saya ingin menikmati libur panjang yang indah ini.