STARBUCKS, adalah pendukung legalisasi pernikahan sesama jenis. Bos mereka, sama sekali tidak risi, tidak sungkan, di Amerika sana, menyatakan dukungan secara terbuka, bahkan termasuk membantu apasaja yang bisa mereka lakukan agar pernikahan sesama jenis dilegalkan. Kalian tidak tahu fakta ini? Well yeah, karena kalian tutup mata. Sudah lama sekali Starbucks memosisikan membela habis-habisan pernikahan sesama jenis. Di Amerika sana banyak yang protes keberatan soal betapa berani dan terbukanya Starbucks, seolah tidak peduli lagi dengan konsumennya yang taat beragama, tapi Starbucks santai saja menanggapi keberatan. Toh, toko mereka tetap ramai. Orang-orang tetap nongkrong di Starbucks, untuk mem-posting di akun media sosialnya: “Saya menolak pernikahan homo, lesbian”
Ironis sekali.
Amazon, salah-satu contoh berikutnya. Bos Amazon yang termasuk orang terkaya di dunia, menyumbang Rp 30 miliar lebih saat kampanye legalisasi pernikahan sesama jenis di Washington. Itu tidak sedikit. Kalian mendukung sesuatu? Paling hanya sebatas dukungan. Tapi, si bos Amazon ini bahkan mau menyumbang 30 miliar lebih demi terwujudnya undang-undang tersebut. Apakah Amazon tidak khawatir pembelinya kabur? Tidak. Pembelinya sambil memesan produk online di website Amazon, secara simultan meng-‘klik’ likeberita tentang penolakan pernikahan homo, lesbian.
Apple, contoh berikutnya. Bos Apple tidak malu-malu mengaku diagay. Apakah Apple marah? Tidak. Secara institusi mereka asyik-asyik saja. Apakah penjualan Apple turun drastis saat bosnya bilang diagay? Juga tidak.
Inilah propaganda yang justru diongkosi oleh kita semua. Sadarkah kita? Atau bodo amat. Peduli setan. Toh, dunia ini bukan soal moralitas. Ngapain pula saya harus berhenti ke Starbucks, berhenti membeli produk Apple? Saya suka dengan produk mereka, selesai, tidak ada hubungannya dengan soal homo, lesbian. Itu keputusan kalian semua. Dan, memang hak semua orang.
Tapi ketahuilah, inilah sungguh, propaganda besar-besaran yang justru diongkosi oleh kita semua. Termasuk pesohor-pesohor, selebritas, artis-artis, mereka besar karena fannya pergi ke bioskop, membeli lagu, dan sebagainya, dan sebagainya. Propaganda yang mereka sebarkan justru dibiayai oleh kita semua.
Pikirkanlah.
*Tere Liye