Di jalan raya kota kami
Ada banyak keong aspal
Mereka berjalan pelan beriringan
Asap knalpotnya berwarna hitam
Pergi dengan beban batu hitam di rumahnya
Pulang tanpa beban
Kerap tertidur di pinggir jalan
pula tak bisa jalan
Orang-orang bilang
keong aspal mengganggu, bikin macet jalan
bikin urat leher kami keluar
Keong aspal murah hati
di jalan kerap memberi beberapa lembar uang kepada orang
keong aspal punya banyak tulisan
dan gambar di rumahnya, misalkan
“putus cinta soal biasa, putus rem matilah kita” atau
“mau pulang malu, tak pulang rindu”
Keong aspal bilang ini sekadar hobi
ada juga yang bilang demi mencari sesuap nasi
Dulu jalanan kami sepi dan tak berlubang
sekarang pohon pisang tumbuh di jalan
kini keong aspal sudah bagian jalan raya kami
entah sampai kapan begini