Koki Listrik

"A man behind the lights". Agus Setiawan

MABA: Mahasiswa Bapak- Bapak

CIRCLE pertemanan kita menjadi hal yang paling penting dalam menunjang kesuksesan hidup kita, baik itu urusan dunia maupun akhirat. Seperti hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia:

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Di kantor saya, beberapa rekan kerja melanjutkan kembali pendidikannya. Awalnya saya tidak terlalu memikirkannya. Namun seiring waktu berjalan, saya pun termotivasi. Saya mengambil jeda sejenak dan berpikir tentang apa yang rekan kerja jalani ini. Melanjutkan pendidikan menjadi kebutuhan bagi diri saya untuk tumbuh menjadi lebih banyak. Hal ini juga didasari dengan betapa banyak hal yang harus disiapkan untuk menjawab tantangan di masa depan. Setelah berdiskusi matang dan menghitung serta menimbang. Keputusan diambil, dengan konsekuensi yang cukup berat. Bagaimana tidak, Anda tidak hanya menghabiskan biaya yang tidak sedikit, namun waktu bersama keluarga dirampas, waktu tidur terkuras. Untuk menimba ilmu. Malam – malam yang sunyi dilalui dengan penuh lelah namun tidak menyerah. Berusaha mengakomodasi kebutuhan dan pekerjaan yang ada. Baik itu sebagai mahasiswa, sebagai ayah, sebagai suami dan karyawan. Melelahkan. Dan itu tidak mudah.

Dua tahun berjuang. Dua tahun juga keyakinan harus dikuatkan agar dapat menyelesaikan jumlah SKS yang ditetapkan. Tesis menjadi begitu menantang, ditambah lagi bimbingan dan revisi. Selesai tesis bukan berarti selesai cerita. Publikasi menjadi cerita tersendiri. Ternyata S2 tidak semudah yang dibayangkan. “Kampus Perjuangan”, ucap Rektor kami. Iya, benar – benar berjuang. Masuk sulit, lulus pun tidak mudah.

Perjuangan ini didukung penuh oleh istri tercinta yang rela waktunya diambil untuk mengerjakan tugas, anak – anak tercinta yang kehilangan waktu bermain dengan ayahnya. Orangtua yang mendoakan. Apapun itu, pencapaian S2 ini bukanlah semata -mata untuk berbangga – bangga. Apalagi pamer. Lautan ilmu yang tak bertepi. Dalamnya ilmu tak terselami. Makin digali makin dalam. Makin belajar, makin terasa ilmu yang dimiliki sedikit sekali. Ilmu adalah cahaya, penunjuk arah saat gelap tiba. Ilmu adalah pusaka, yang tidak akan habis untuk dibagi. Menuntut ilmu adalah tentang kerendahan hati. Dari-Nya segala ilmu bermula. Kepada-Nya ilmu bermuara, di dunia menjadi manfaat dan bekal untuk akhirat.

AGUS SETIAWAN, S.E., M.MT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers:

error: Content is protected !!