Desember ini terlihat lebih cengeng dari biasanya
Ia tak henti-henti menangis
Tangisannya membasahi permukaan kota
Rintihannya membangkitkan kenangan lama
Di tempat yang berbeda kita duduk memandang air yang jatuh
Menyaksikan tetes-tetes yang merelakan terjun ke permukaan tanah
Terhempas, terpercik, mengalir bersama arus kerinduan
Di bawah langit yang sama, kita terpaksa harus berpisah
Beranggapan bahwa kita memiliki dunia yang berbeda
Padahal kita hanya kehilangan sebuah payung
Yang dulu membuat kita tetap berjalan bersama dalam rintihan desember
Hujan bulan desember ini kembali mengingatkan
bahwa kita memiliki matahari masing-masing
yang menjadi teman cerita hangat ketika kedinginan
Kini semua tak lebih dari kenangan saja
Berjanjilah untuk tidak lebih cengeng daripada langit musim hujan
Aku tak memaksa
Biarlah kita berdiri di tempat masing-masing
Menunggu sambil menikmati hingga desember bosan menangis
Sementara aku tetap menulis aksara hujan
Dan sebuah kenyataan bahwa kau ada dan sehat saja disana.
-Regards AGUS SETIAWAN.