OBROLAN bersama rekan kerja pada malam hari saat menjaga Unit selalu mengasyikkan. Setidaknya hal tersebut mampu mengusir rasa kantuk dan bosan saat berjaga. Bayangkan bila tak ada percakapan, kalian hanya duduk hening sambil memandangi banyak layar komputer dengan grafik warna- warni serta suara klik-an mouse yang sungguh membosankan. Obrolan kami berbagai macam: usaha sampingan, kendaraan, kenangan di sekolah, pembangunan jalan, politik, cerita hantu, hingga sunnah Rasul saat malam jum’at.
Dua bulan ke depan, insya Allah rekan kerja saya sekaligus Kepala Operator di shift kami akan menikah. Sejak bulan Mei lalu saat lamaran berlangsung, saya sudah terlibat sebagai Fotografer (amatiran) dalam acara yang ia selenggarakan. Saya ikut hanyut dalam kebahagiaan yang ia rasakan, apalagi saat ia bercerita bahwa betapa ajaibnya jodoh, bagaimana ia meyakini dan memantapkan niat untuk menikahi seorang wanita yang ia kenal itu. Dalam hal ini, suatu saat nanti, mau tak mau, saya juga akan menikah. Namun, bagaimana, dan seperti apa-nya, saya tidak tahu. Biarkan menjadi hadiah spesial bagi saya yang terus bersabar sambil memantaskan diri.
Kemarin malam, sebuah stasiun TV menayangkan sebuah fakta yang bukan pertama kali kita lihat. Transgender. Fenomena yang menuai banyak pro dan kontra dalam masyarakat. Dalam acara tersebut ikut hadir bintang tamu yang dulunya lelaki kini menjadi perempuan, sekali lagi, dulunya dia itu lelaki, sekarang perempuan! Transgender sudah banyak terjadi diluar maupun dalam negeri. Dan mereka bahkan mengubah diri dengan operasi plastik, seperti implan payudara, operasi jakun, hidung, bokong, hingga mengganti alat kelamin. Terlepas dari semua faktor dan alasan mengapa mereka melakukan tersebut, transgender adalah sikap tidak mensyukuri nikmat, menurut saya.
Saya khawatir terhadap dampak buruk yang mereka timbulkan. Saya cemas suatu saat nanti saya tak bisa lagi mengenali mereka, tak bisa membedakan mana lelaki tulen atau perempuan tulen, sebab fisik mereka sudah berubah. Bayangkan jika suatu hari nanti ada seseorang yang Anda sangka lelaki untuk melamar anak putri Anda, lalu pada suatu hari Anda mendapati orang itu ternyata perempuan. Ataupun sebaliknya? Betapa hancurnya perasaan, dimana letak harga diri? Sungguh hal ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga sekaligus mendidik anak- anak kita agar terhindar dari fenomena memalukan. Keluarga adalah salah satu, peran orangtua berdampak besar dalam pembentukan karakter dan pembinaan mental anak- anak. Lebih dari itu, keluarga adalah tempat pertama kalinya pendidikan dimulai.
Saya, seorang lelaki! Saya bangga atas apa yang telah Allah swt takdirkan kepada saya. Jika Anda seorang perempuan maka itulah takdir yang telah Allah swt gariskan. Berbahagialah dengan apa yang diberi tanpa meminta. Itu adalah rahmat yang amat indah. Sungguh Allah swt Maha Adil, dan semua akan baik- baik saja jika kita menerima dan mensyukuri apa yang telah Allah berikan tanpa sedikitpun mengubah penciptaan-Nya yang Maha Sempurna. Berbahagialah terlahir sebagai manusia, lelaki ataupun perempuan, semuanya memiliki kemuliaan masing- masing dalam pandangan Allah swt. Maka tak pantas untuk melakukan transgender jika kita adalah orang- orang beriman dan mempercayai hari akhir.
Dan sebagai penutup, saya berpesan kepada Anda yang akan menikah. Menikahlah dengan seorang perempuan (jika Anda adalah lelaki) dan menikahlah dengan seorang lelaki (jika Anda adalah perempuan). Sebab pernikahan adalah tentang seorang lelaki dan seorang perempuan dalam rangka beribadah kepada-Nya, sekaligus melestarikan keturunan. Bukan perempuan dengan perempuan atau lelaki dengan lelaki, ataupun lelaki yang menjadi perempuan dengan perempuan yang menjadi lelaki atau sebaliknya.