DUA malam lalu saya menemukan seekor burung yang tersesat di lantai Coal Feeder Unit 2. Saya tak tahu apa nama burung tersebut, ia memiliki kaki yang ringkih dengan bulu berwarna gelap. Hampir mirip dengan burung yang biasa hidup di area rawa- rawa. Burung tersebut dengan mudah saya tangkap kemudian saya lepaskan kembali ke padang rumput sebelah.
Malam tadi, giliran seekor Kukang liar mengendap masuk ke pintu masuk Unit 1. Hal ini menarik perhatian seorang karyawan Cina yang juga merupakan Chief Operator Unit 1, Mr. Zhao. “Ini adalah pertama kalinya aku melihat Kukang”, katanya. Setelah itu, Kukang liar itu kami lepaskan ke sebuah pohon akasia di samping Transformer.
Tiga jam setelah itu, saat melakukan pemeriksaan alat saya menemukan seekor burung Raja Udang terkapar tak bernyawa di lantai Coal Mill. Burung dengan warna bulu hijau keemasan dan sayap berwarna biru, dengan bagian perut berwarna orange itu mati dengan kondisi tanpa luka sedikitpun. Tak jelas penyebab kematian burung yang katanya berharga mahal itu. Lalu saya meletakkan bangkai di padang rumput sebelah Unit 2.
Saat pembangunan proyek PLTU ini dibuka pertama kali dulu, saya juga pernah bertemu dengan hewan- hewan liar lainnya seperti: kura- kura rawa, kadal, trenggiling, ular cobra hingga babi hutan. Hewan- hewan tersebut adalah hewan yang hidup di area PLTU ini. Proyek PLTU ini merampas kehidupan dan tempat tinggal mereka, mereka terpaksa harus mencari tempat hidup lain. Yang kuat bertahan, yang lemah mati dimakan keserakahan manusia.
Secara tak langsung kehadiran mereka adalah untuk menyadarkan kami bahwa mereka ada dan ingin juga hidup layak seperti kami yang juga hidup dan bekerja di tanah milik mereka yang dulu dirampas secara paksa.