PERKEMBANGAN telekomunikasi dan informasi berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi yang ada. Jika dahulu kita harus menunggu berminggu-minggu untuk mengirimkan sebuah surat lewat Pak Pos hingga sampai pada si Penerima maka hari ini kita hanya membutuhkan beberapa detik saja untuk mengirimkan banyak tulisan baik itu surat, foto atau sebagainya melalui surat elektronik. Hebat, bukan?
Begitu juga dengan transportasi, dulu orang- orang yang melakukan perjalanan ke luar kota ataupun luar negeri akan menghabiskan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan lamanya untuk tiba di tempat tujuan. Sekarang? Kita bisa menghemat waktu perjalanan dengan menumpang Pesawat Terbang yang akan membawa kita terbang ke tempat tujuan dengan aman dan selamat. Jarak yang dulu harus ditempuh lewat laut, memakan waktu berbulan-bulan. Sekarang hanya ditempuh dengan hitungan jam saja. Menakjubkan, bukan?
Tulisan diatas hanyalah contoh yang menggambarkan betapa peradaban hidup manusia telah berkembang pesat. Namun kali ini, saya sedang tidak membahas tentang surat elektronik ataupun Pesawat Terbang.
Seperti pisau bermata dua, setiap kemajuan teknologi dan informasi selalu membawa dampak baik dan buruk. Siap melukai siapa saja yang tak berhati-hati menggunakannya. Hari ini, jejaring sosial sudah menembus semua lapisan masyarakat, mulai dari yang besar hingga yang kecil. Mulai dari yang berkepentingan hingga mereka yang hanya ikut-ikutan saja. Jejaring sosial seperti: Facebook, Twitter, BBM, dan lain-lain sangat membawa perubahan besar bagi penggunanya dan berbagai macam kepentingan. Dampak yang ditimbulkan juga bermacam-macam, menambah teman, berbagi informasi, hingga promosi produk dagangan.
Tak sedikit pula, orang-orang hanyut dalam arus media yang membuat diri mereka terjerumus pada lubang yang mereka gali sendiri. Di koran, TV, dan media elektronik lainnya para Pejabat besar, Artis, Aparat menjadi korban jejaring sosial yang mereka buat sendiri. Entah itu karena foto ‘syur’, tulisan-tulisan yang menyinggung pihak lain dan sebagainya. Maka, benarlah jika jejaring sosial itu seperti buah simalakama. Membuat penggunanya serba salah, memilih menggunakan sementara di sisi lain harus siap dengan segala kemungkinan buruk.
Tak dipungkiri bahwa saya juga salah satu pengguna jejaring sosial diantara jutaan pengguna yang ada. Dalam kasus ini, sebaiknya kita harus berhati-hati dalam menggunakan media jejaring sosial. Beberapa Perusahaan menggunakan sarana ini untuk memeriksa calon karyawan yang akan direkrut atau memeriksa kegiatan pribadi para karyawan Perusahaannya. Di lain hal, kejahatan juga mengintai di dalamnya. Kita sering mendengar tentang kasus penculikan, pencurian dan lain-lain. Penjahat selalu mencari cara untuk mengintai mangsanya, salah-satunya dengan ‘Jejaring Sosial’. Kita ambil contoh misalnya. Si A, dalam jejaring sosial meng-update status: “Jalan-jalan ke luar kota, bersama keluarga. Senang sekali rasanya!”. Tanpa disadari ini informasi yang sangat dibutuhkan Penjahat sebelum mereka melakukan pencurian pada rumah yang ditinggal penghuninya. Dan masih banyak kasus-kasus lain diluar sana yang bisa kita pelajari.
Untuk itu, saya sarankan agar berhati-hati dalam menggunakan jejaring sosial. Terutama yang menyangkut pada privasi kita, seperti mengunggah foto, video dan tulisan. Gunakan pengaturan privasi setinggi-tingginya, kenali teman-teman virtual Anda, batasi jumlah foto dan informasi penting yang berhubungan dengan kita. Sebab, disadari atau tidak bahaya selalu mengintai kita.
Menggunakan jejaring sosial itu sungguh menyenangkan namun kita juga harus sadar dan berhati-hati selayaknya di dunia nyata. Selamat menggunakan jejaring sosial, tetap waspada!