Terlalu banyak masalah di negeri kita ini, mulai dari harga daging, sampai guru2 yang bisa2nya dan teganya hanya dikasih honor 250-300rb. Mulai dari pengendara motor yang naik ke trotoar, melawan arus, hingga pejabat setingkat gubernur yang asyik sekali merokok di kantor pemda–padahal dia sendiri yang mengeluarkan peraturan dilarang merokok. Sebagian besar masalah itu tentu saja warisan masa lalu, sejak Indonesia ini merdeka. Maka, hanya orang nekad saja yang mau berebut jadi pemimpin padahal dia tahu persis masalahnya banyak.
Lantas? Jika sudah kadung banyak masalahnya, apakah solusinya tidak ada? Tentu saja ada. Tidak rumit, sederhana sekali. Hanya saja, di negeri ini, semua hal dibungkus dengan politik kepentingan, jadilah runyam. Kita tahu sekali karakter orang Indonesia soal ini, yang rumit dibikin tambah rumit, yang sederhana, mari kita buat rumit.
Hukum. Hanya itu solusinya. Tegakkan hukum setegas mungkin. Serius. Tanpa ampun.
Pemerintah fokus saja di bagian ini. Mulai dari atas, bersih hingga ke bawah, dibersihkan semua benalu, semua kotoran yang menemepl di sistem hukum Indonesia. Pegang kata-kata saya, sekali beres soal penegakan hukum di negeri ini, maka banyak sekali masalah yang selesai dengan sendirinya. Mulai dari masalah paling serius, korupsi. Kita butuh ratusan contoh orang2 yang ditembak mati, atau digantung, keluarga mereka dimiskinkan, seluruh hak politiknya diberangus. Tanpa ampun. Maka dengan sendirinya banyak sekali masalah selesai.
Kenapa infrastruktur Indonesia itu jelek? Karena banyak yang korup. Jalan pantura misalnya, berpuluh tahun, habis uang negara hanya untuk perbaikan. Stupid sekali memang. Belum lagi bicara soal bendungan, jembatan, sekolah-sekolah. Bangunan yang seharusnya tahun 20 tahun, baru tiga tahun sudah hancur, semua masalah itu asalnya dari korupsi. Jika negara kita serius menegakkan hukum, para koruptor benar2 dihinakan, diinjak2 habis, infrastruktur kita akan membaik dengan sendirinya, karena uang bisa dihemat, penggunaannya bisa akurat, dan uang yang habis percuma utk perbaikan2 itu bisa utk hal lain, gaji guru misalnya.
Tapi apa yang dilakukan oleh rezim baru ini? Mereka bermain2 soal korupsi ini. Bahkan sejak awal berkuasa, mereka melindungi kelompoknya–orang2 kepercayaannya, untuk ganas sekali menghabisi kelompok lain. Berbusa saat kampanye memuji KPK, menjadikan KPK sebagai alat jualan, tapi mereka justeru menginjak2 KPK, mengkhianatinya, mulai dari pernyataan yang tidak bersahabat, pimpinan KPK kenak kasus ecek2, hingga yang lebih serius lagi, mempersenjatai lembaga lain untuk melawan KPK. Lihatlah hasilnya? Penerimaan pajak kalian mengkhawatirkan bukan? Pertumbuhan ekonomi menurun? Kurs dollar menggila? Pemerintah bisa berbual dengan bilang karena ekonomi dunia melambat, tapi entah hingga kapan mereka akan menyadari: semakin banyak orang yang tidak peduli lagi dengan pemerintah sejak kalian mengkhianati soal perlawana korupsi.
Kita sibuk bicara tentang revolusi mental? Itu brilian memang, tapi akar dari revolusi mental adalah mendidik 250 juta lebih warga negara Indonesia agar taat hukum dan aturan. Kenapa di jalan itu orang-orang beringas? Naik trotoar? Melawan arus? Karena pejabat dan aparatur negara sendiri yang mencontohkannya begitu. Tanya ke anak2 balita, apa tugas polisi lalu lintas? maka jawabannya tidak mengejutkan jika mereka bilang: “minta uang.” Tegakkan hukum secara serius, maka kita bisa membawa revolusi mental jauh sekali. Mulailah dari kalian wahai para pejabat. Bukan sebaliknya, bicara tentang revolusi mental, tapi nepotisme masih kental sekali–yang bahkan bisa membuat tutup mata atas kinerja/prestasi sesungguhnya. Itu sih sisa warisan sejarah kerajaan, dul. Ini sudah 2015, tidak jaman lagi. Mulailah dari menegakkan hukum dari pejabat2.
70 tahun Indonesia merdeka, kita tidak akan pernah bisa membereskan banyak masalah tanpa serius menegakkan hukum. Maka, fokus saja di soal hukum ini. Benar-benar fokus, kerahkan seluruh sumber daya untuk memastikannya, maka dengan sendirinya, rakyat yang terpesona melihat perubahan besar2an akan mulai semangat bahu-membahu dengan pemerintah. Harapan itu akan membawa kita jauh sekali, ekonomi akan tumbuh, kurs rupiah akan menguat, pengangguran berkurang. Fokus saja bereskan soal hukum ini, maka masalah lain akan pulih dengan sendirinya, bahkan mengantri, buang sampah sesuai tempatnya pun orang2 bersedia, karena mereka tahu resikonya jika tidak mengantri.
Tapi jika kalian hanya main-main saja, asyik beretorika, bilang kita masih mungkin dapat pertumbuhan ekonomi 7%, sementara koruptor dibiarkan, pejabat dengan rekening gendut dibiarkan, sorry my man, kelas menengah yang dari sanalah ribuan triliun uang pajak berasal akan berpikir waras. Ngapain pula mereka bayar pajak ribuan triliun, sementara uangnya cuma jadi bancakan rezim berkuasa?
No way!
Dirgahayu RI yang ke-70, semoga semakin banyak yang peduli dengan negeri ini.
*Tulisan ini saya salin dari halaman Facebook resmi milik Tere Liye, yang tinggal di sini.