SENIN pagi, pukul 06:30 kami sudah siap untuk melaut. Dua buah Jukung siap mengantar kami untuk bertemu dengan kawanan Lumba- lumba yang berada sekitar 2 km dari Pulau Kiluan. Matahari bersinar cerah berpadu dengan gelombang laut, memancarkan cahaya keemasan, bunyi mesin tempel Jukung membuat bising pagi yang sunyi di Teluk Kiluan. Jukung melaju membelah air laut. Kami berenam mengenakan lifejacket sebagai alat pengamanan. Kami tak sabar menunggu kejutan pagi ini, segera bertemu lumba- lumba.
Para nelayan biasanya pergi mencari ikan pada pagi hari, mereka menggunakan umpan yang terbuat dari plastik, ya hanya dengan umpan plastik tersebut mereka berhasil menangkap ikan. Sederhana sekali. Seperti halnya Pak Agus (namanya sama dengan saya, sepanjang perjalanan saya sudah 2 kali bertemu dengan orang yang bernama Agus), lelaki yang mengantarkan kami naik Jukung melemparkan kailnya ke laut sambil mencari titik temu antara kami dan lumba- lumba. Sambil menyelam minum air.
Ia berhasil menangkap seekor ikan tongkol yang berukuran hampir 40 cm hanya dengan kail umpan plastik tersebut. Wow! Hal ini menyadarkan saya bahwa betapa kayanya alam di negeri ini.
Pencarian untuk bertemu lumba- lumba ini sengaja dilakukan pada pagi hari karena pada pagi hari inilah waktu biasanya mereka keluar dan aktif bermain di permukaan laut. Sehingga kami dengan mudah memandangnya dari dekat.
Sepuluh menit Jukung kami melaju di laut, kami belum juga bertemu dengan lumba- lumba. Namun, Pak Kemudi masih dengan sabar mengendalikan Jukung menuju ke arah selatan. Ia menaikkan tuas gas, melaju kencang.
Mata kami saling memandang di kejauhan, berharap lumba- lumba menampakkan wujudnya. Dan kami melihat satu- dua ekor lumba- lumba menampakkan siripnya lalu menyelam kembali ke dasar laut. Saat itulah, Pak Agus memperlambat laju Jukung, perlahan mendekati lumba- lumba.
Saya tak bisa menahan ekspresi bahagia ketika pertama kali menyaksikan begitu banyak lumba- lumba yang berenang di permukaan laut. Subhanallah! Indah sekali ciptaan Tuhan. Barisan lumba- lumba itu berenang dengan pelan, dan perlahan menjauh ketika Jukung kami mendekat. Begitulah Jukung kami berputar di dekat kawanan lumba- lumba yang berenang, kami mendekat- mereka menjauh. Saya sempat mengabadikan momen pertemuan pertama kami dengan lumba- lumba dalam video ini. (Saran saya agar tak bersuara di atas Jukung saat mendekati kawanan Lumba- lumba, sebab Lumba- lumba selalu bergerak menjauhi kami ketika kami berteriak histeris saat pertama kali bertemu Lumba-lumba, hahaa.. :D )
Sembilan puluh menit kami bermain bersama lumba- lumba, Jukung mendekat- kawanan lumba- lumba menjauh. Begitulah. Sebetulnya belum puas kami bermain dengan mereka, dalam hati kecil saya, ingin sekali melompat ke lautan-berenang diantara kawanan lumba- lumba. Namun hal ini tidak diizinkan oleh Pak Agus, berbahaya sebab masih ada kawanan hiu berada di sekitar laut tersebut. Dan niat itupun saya urungkan.
***
Perjalanan kami lanjutkan lagi ke sebuah tempat yang disebut Laguna. Seperti namanya Laguna, diambil dari kata Lagoon yang artinya sekumpulan air asin (air laut) yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir, batu karang atau semacamnya. Dan air yang terhalang oleh barisan penghalang itulah yang disebut Laguna.
Letak Laguna itu sendiri tak jauh perkampungan nelayan. Kami diantar oleh seorang Guide yang juga warga kampung nelayan disana, ia masih muda, masih duduk di kelas 2 SMP. Kami harus mendaki sebuah bukit kecil untuk menuju tempat tersebut. Bagi kalian yang sudah terbiasa mendaki bukit atau gunung hal ini bukanlah hal yang sulit.
Bukit tersebut adalah kebun milik warga yang ditanami oleh pohon coklat, kopi dan pisang. Setelah mendaki bukit, kalian harus turun bukit lalu bertemu dengan pantai lagi. Waktu mendaki kurang lebih 30 menit. Setelah itu dilanjutkan lagi dengan meniti karang terjal yang berada di pinggir pantai. Kalian harus berhati- hati saat melewati batu karang disini, sebab selain licin juga terjal dan tajam.
Jarak dari bibir pantai ke Laguna tidaklah jauh, berkisar kurang lebih sekitar 500 meter. Dan sampailah kami di sebuah Laguna yang indah.
Di Laguna ini air lautnya amat jernih, terumbu karang dengan mudah ditemukan, berbagai jenis ikan hidup di dalamnya. Cocok untuk ber-snorkeling disini. Namun kali ini kami hanya bermain air saja, kami tidak membawa perlengkapan snorkeling (juga tak terpikir sebelumnya). Sebetulnya sangat disayangkan sekali tak bisa mengabadikan momen dunia dalam laut, underwatercase untuk kamera DSLR yang saya cari tak kunjung bertemu. Namun tak apalah, bukankah tak semua momen harus difoto? Sebagian lagi lebih indah untuk dinikmati sendiri. Bukan begitu? :)
***
Hari sudah siang, jam menunjukkan pukul 12:00 siang, kami menyeberang dengan naik Jukung, kembali ke Cottage untuk bersiap pulang. Sementara di seberang sana Pak Toni dan mobil APV merah marunnya sudah menunggu untuk mengantarkan kami ke Tanjung Karang. Dengan begitu maka berakhir juga ekowisata kami di Pulau Kiluan yang begitu teramat singkat itu.
Kami tiba di Stasiun Tanjung Karang pukul 17:00. Sebelumnya kami menyempatkan diri untuk singgah di Pantai Marina yang berada di komplek Asrama TNI Angkatan Laut untuk makan siang dan menikmati perjalanan. Sebab, jadwal keberangkatan kereta kami pukul 20:00.
***
Itulah cerita singkat saya saat berpelesir-ria ke Kabupaten Tanggamus, Pulau Kiluan, Lampung. Sebuah tempat yang amat layak untuk menjadi tujuan ekowisata bagi kalian yang ingin menyaksikan keindahan laut dan lumba- lumba.
Dan yang terpenting dalam suatu perjalanan adalah pelajaran apa yang kau bawa sepulang dari sana. Nah, sampai jumpa lagi di cerita liburan saya lain kali. Terima kasih telah membaca. :)
***
Catatan:
1. Kami menyewa jasa Travel dari Stasiun Tanjung Karang ke Teluk Kiluan (PP) bisa menghubungi Pak Tony, 082306020205.
2. Untuk penyewaan Cottage (Penginapan), wisata Lumba- lumba, wisata Laguna bisa menghubungi Pak Dirham selaku Pengelola Pulau Kiluan, 081369991340.