MESTINYA saya menulis catatan ini tiga hari setelah lebaran waktu itu. Namun berhubung tidak adanya koneksi internet di rumah dan smartphone saya masih dalam perbaikan, akhirnya saya tunda. Tiga hari setelah lebaran saya mesti kembali ke tempat kerja, bekerja seperti biasa lagi. Libur lebaran berlalu begitu cepat. Kabar baiknya tahun ini saya bisa merayakan lebaran bersama keluarga di rumah, berkat jasa rekan kerja yang rela masuk menggantikan saya bekerja selama lebaran, ia pemeluk Budha yang taat. Xiexie Iyas! Memang saya sudah mempersiapkan rencana libur lebaran dan pergantian shift ini dari tahun lalu, saat melihat jadwal shift kerja saya yang bertepatan dengan shift sore.
Berbeda halnya dengan rekan kerja saya yang tidak bisa merayakan lebaran di rumah. Mereka tetap bekerja seperti biasa di hari lebaran. Manajemen memberikan bingkisan makanan dan minuman kepada rekan- rekan yang bekerja pada hari itu sebagai ungkapan terima kasih. Meski demikian, perjumpaan dengan keluarga dan orang yang dicintai tak bisa diganti dengan apapun. Namun setidaknya hal tersebut sedikit menghibur hati para pekerja.
***
Saya menghabiskan waktu bersama keluarga saat lebaran selama dua hari saja. Sebetulnya dua hari sebelum menjelang lebaran saya sudah pulang ke rumah. Jadi, saat akhir ramadhan saya dan istri saya sibuk menyambut lebaran, seperti: membersihkan pekarangan rumah, menyapu, mengepel, dan merapikan perabotan. Pekerjaan tersebut yang tak begitu banyak, namun karena dikerjakan saat puasa, capeknya agak terasa. Kami tidak begitu memberi banyak porsi khusus dalam menyiapkan rumah untuk menyambut lebaran, semua dikerjakan sekadarnya, asal rapi dan bersih. Begitu juga kue dan makanan, masak sekadarnya: ketupat, opor ayam, pindang tulang, dan pempek. Adapun kue, istri saya membuat kastengel (kue keju renyah) dan ibu mertua saya memasak kue bangkit. Untuk kue kering yang lain kami beli diluar.
Layaknya lebaran, di hari pertama kami sholat Ied bersama di masjid lalu bersalam- salaman dengan para tetangga. Kemudian barulah mendatangi rumah keluarga terdekat satu per satu. Selepas sholat jum’at, kami berangkat ke Lahat (ke rumah orang tua saya). Suasana ramai nan menghangatkan, lebaran tahun ini kami mendapat keluarga baru, begitu juga yang dirasakan oleh istri saya. Semoga akan ada banyak kebaikan dari bersatunya kedua keluarga ini. Hanya saja tahun ini kami tidak bisa berkumpul dengan kakak sulung saya. Ia masih di tanah rantau. Hari kedua, kami masih saling kunjung- mengunjungi rumah keluarga hingga petang.
***
Waktu begitu cepat berlalu, libur lebaran yang singkat. Ramadhan telah pergi jauh, lebaran sudah lewat. Namun demikian tak perlu merisaukan waktu yang datang dan berlalu, jika kita benar- benar merindukan ramadhan maka lakukanlah hal- hal yang biasa kita lakukan saat ramadhan di bulan- bulan biasa. Ramadhan adalah bulan latihan, sebelas bulan lainnya layaknya kita isi dengan banyak kebaikan.
Nah, teman- teman. Sebagai penutup, dengan penuh keikhlasan dan kerendahan hati, saya dan keluarga besar mengucapkan selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan batin, semoga kebaikan selalu meliputi. Aamiin.