Lelaki dan Diary

SEBELUM ada banyak media sosial bermunculan seperti sekarang ini, orang terdahulu suka menuliskan perasaannya di sebuah buku harian yang sering kita sebut diary. Catatan harian itu menjadi saksi bisu tentang banyak hal yang berkaitan dengan si penulis: impian, cita- cita, harapan, kesedihan, kehilangan ataupun perasaannya kepada orang yang ia cintai.

Saya lupa kapan tepatnya suka menulis, terutama menulis diary. Sewaktu- waktu saya meluangkan waktu untuk membaca ulang tulisan/catatan harian saya yang pernah saya tulis disana. Ada semacam rasa tak percaya, bahwa saya pernah mengalami dan menuliskan hal itu, kadang saya ingin tertawa, malu, senyum- senyum sendiri dan geleng- geleng kepala. Meski pada akhirnya buku tersebut harus berakhir menjadi abu. Seperti yang saya lakukan pada buku- buku sebelumnya ketika sudah penuh. Membakarnya.

Lelaki memiliki ruang di hatinya yang sangat absurd. Jauh lebih absurd dari hal absurd lainnya. Yang tak akan pernah dimengerti oleh orang lain. Menulis diary bagi seorang lelaki mungkin dianggap hal terabsurd pada zaman sekarang, namun saya yakin diluar sana ada banyak lelaki yang masih melakukannya.

Selamat menulis diary masing- masing.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: