MEDIA sosial seperti magnet, ia terus menarik diri kita untuk selalu berada dekat padanya setiap saat. Ketika bangun pagi, hal pertama kali yang dipegang adalah ponsel. Untuk memeriksa pemberitahuan, news-update, pesan baru sekaligus mengatakan kepada dunia bahwa kita sudah bangun tidur. Begitu juga di meja makan, di trotoar, orang- orang yang tak bisa lepas dengan ponselnya selalu menatap ke layar elektronik tersebut. Mengabaikan orang lain yang sedang berbicara padanya, makan dengan tangan kiri memegang ponsel, berjalan tak lagi melihat ke depan, melainkan menunduk sambil memegang ponsel. Itulah beberapa contoh di masyarakat yang secara tak langsung menjelaskan bahwa betapa Media Sosial begitu mempengaruhi kehidupan sosial manusia yang sebenarnya.
Sebelum BBM menjual sahamnya kepada Android. Tiga bulan sebelumnya saya sudah memiliki ponsel dengan OS Android. Maka ketika resmi BBM bisa digunakan di ponsel Android, saya pun dengan senang hati men-downloadnya. Mengingat hampir sebagian besar teman saya punya BBM, saya pun harus coba applikasi chatting ini.
BBM (Blackberry Message) ini memang menarik, applikasi chatting yang dibuat simpel dan mudah digunakan memudahkan para penggunanya untuk berkomunikasi via teks, bisa juga bertukar suara, saling berkirim foto, status, grup dan sebagainya.
Sebagaimana orang yang punya BBM saya juga senang bisa menggunakan applikasi ini, bisa chatting sampe puas (mungkin sampai baterai habis). Namun di lain sisi saya juga merasa tidak nyaman terhadap apa yang dilakukan para penggunanya di BBM, seperti: membroadcast informasi (yang lebih sering salahnya, sumber tidak benar dll), pemakaian DP (Display Picture) yang tidak sopan, pamer foto bersama pacar, atau ada juga pengguna yang setiap kemanapun ia pergi, ia tulis di status. Contoh: “sedang menuju kantor/sekolah”, “di bandara”, “on the way to home”, “on the way to toilet”. Ada juga pengguna yang apapun aktifitas yang ia lakukan, ia tulis di status. Contoh: “memancing”, “sedang belajar”, “lagi masak”, “sedang ngupil”, “sedang cebok”, dll. Saya risih dengan tulisan- tulisan tersebut. Namun apa boleh buat, hal itu adalah sepenuhnya hak setiap pengguna BBM, mau tak mau, senang atau tidak, hal itu dianggap ‘biasa’ oleh sesama pengguna BBM. Jika tidak berkenan, kita tentu saja dengan mudah menghapusnya dari daftar kontak kita.
Seperti yang pernah saya tulis pada postingan sebelumnya tentang media sosial, dan beberapa alasan saya tidak lagi menggunakan Facebook dan Twitter, begitu juga dengan BBM. Namun untuk menghapus akun BBM ini, saya akan berpikir dua kali. Sebab hanya BBM-lah yang menurut saya cukup mengglobal dan mudah dipakai serta dengan mudah menghubungkan saya dengan teman- teman lainnya. Maka dari itu, dalam beberapa bulan atau pada momen tertentu saya akan dengan rutin menonaktifkan akun BBM saya dalam jangka waktu yang sudah saya tetapkan.
Setiap kita berhak untuk menjaga privacy masing- masing, apalagi di Media Sosial yang rawan dengan kejahatan dan penipuan. Jangan sampai semua hal yang menyangkut hal pribadi dibocorkan dengan mudah kepada semua orang. Jika kita sedang berada di Bandara? So what? Jika kita sedang liburan memancing atau pergi ke pantai? Jika kita menang lotere, sedih atau menangis? Jika kita punya mobil baru, motor keren? Jika kita punya pacar yang cantik/ganteng? So what? Apa orang lain peduli? Apa itu keren? Atau jangan- jangan hal itu kita lakukan hanya semata- mata ingin minta perhatian, membuat orang lain iri, pamer?
Media sosial memang kerap membuat saya stress. Untungnya kedua akun Facebook dan Twitter sudah lebih dulu saya hapus pada Mei lalu.
Dan dengan rutinnya saya menonaktifkan akun BBM itu setidaknya saya lebih banyak melakukan aktifitas sosial yang ‘sebenarnya’ di dunia nyata. Berkumpul bersama keluarga, menikmati kesendirian, berkarya, menghasilkan hal produktif lainnya. Percayalah kawan, ada banyak hal yang harus segera dikerjakan/diselesaikan di kehidupan nyata daripada sibuk membalas chatt teman- teman di BBM.