Ada pilu di tepi malam
bersama rintihan doa
mengingatMu sebagai wujud ketentraman
namun badai dalam dadaku mendesak keluar
kelam masa lalu menarik mundur langkah
Aku yang terlelap di fajar pagi
kerap mengabaikan panggilanMu
untuk kemudian menyesali
dan mengulangi hal yang sama esok hari
Aku tersesat
pada gemerlap dunia
mendapati diri sebagai musafir yang kehilangan arah
namun jika bukan padaMu
kepada siapa lagi aku berharap?