RABU, 16 Juli 2014 pukul 08:20 pagi. Langit pagi itu cerah, sedikit sekali terlihat kawanan awan di langit. Sepanjang mata memandang ke angkasa hanya langit biru dan sinar mentari yang sinarnya menyala.
Dua puluh menit setelah pengambil alihan shift, tepat pukul 08:20. Lampu di ruang kendali berkedip, hal ini biasanya kerap terjadi ketika frequency pada jaringan mengalami gangguan. Pada saat itu lampu berkedip agak lebih lama dari biasanya. Lalu disusul suara mesin pompa yang mendadak mati. Dua monitor besar di ruang kendali menampilkan kondisi grafik parameter yang tidak stabil. Kejadian itu terjadi singkat sekali, dalam hitungan menit. Pressure Control Valve (PCV) terbuka, menimbulkan suara yang bising. Saya yang sedang dalam keadaan siaga bersama rekan yang lain segera melakukan penyelamatan Unit. Kejadian ini tidak bisa terelakkan lagi. Dua buah Unit Pembangkit listrik kami padam (lagi).
Entah mimpi apa tadi malam, seingat saya setelah sahur hingga subuh saya tidak punya firasat apapun tentang hal ini. Apalagi mengingat cuaca yang cerah, sebab biasanya gangguan terjadi saat cuaca sedang tidak bersahabat.
Enam puluh menit setelah tahap penyelamatan Unit, diketahui bahwa sebuah Tower Listrik 250 yang lokasinya berada jauh 82 km dari tempat kami ambruk, 18 km dari GI (Gardu Induk) Lahat. Penyebab utama robohnya Tower tersebut disebabkan karena adanya galian tanah C yang berada tak jauh dari Tower tersebut, sehingga membuat tanah bagian pada pondasi Tower mengalami longsor dan roboh.
Tahun lalu (2013), pada bulan yang sama. Tower listrik kami juga mengalami hal serupa. Bisa baca di sini. Meski dengan penyebab yang berbeda namun tetap saja melumpuhkan penyaluran arus listrik dalam jangka waktu yang tidak sedikit.
Dengan robohnya Tower listrik ini menyebabkan dilakukannya ‘penerangan bergilir’ untuk wilayah Sumatera Selatan. Seperti yang dilansir oleh Tribunnews pemadaman akan dilakukan mulai jam 11:00 hingga 17:00. Malam hari dimulai 17:00 hingga 23:00. Dan dilanjutkan dari pukul 23:00 hingga pukul 11:00. Durasi pemadaman 4 hingga 5 jam.
Hingga hari ini, perbaikan Tower terus dilaksanakan dengan melakukan pemasangan Tower Darurat. Hal ini demi memenuhi permintaan pemakaian listrik masyarakat yang tinggi khususnya pada bulan Ramadhan.
Dan pada akhirnya, di tengahnya padamnya Pembangkit Listrik seperti ini. Saya pun bertanya dalam hati, “Robohnya Tower ini, ujian ataukah musibah?”