Coba tanyakan pada pagi yang menjingga pagi ini. Apakah ia merindukanmu? Tidak. Kita yang selalu merindukannya. Merindukan sinar hangatnya yang bisa membangunkan setiap inchi sel tubuh yang kedinginan. Kemudian apakah kau menyadari sinar jingga yang kau lewatkan pagi ini bahkan ribuan pagi yang lalu telah membuat suatu keajaiban langit yang terlewatkan oleh lelapmu? Tidak. Kau bahkan lebih memilih melanjutkan tidurmu daripada melihat sinar jingganya. Lalu tanyakan pada rumput hijau pagi ini. Apakah ia masih menyimpan tetesan embun pagi? Iya. Namun kau sudah melewatkan waktu terlalu lama.
Sang surya sudah merangkak perlahan, menarik kembali sinar jingganya yang indah, rumput hijau sudah melepaskan tetesan embunnya yang menguap karena sinar sang surya. Dan sekarang kau ingin melihat mereka semua dan bertanya dimanakah mereka? Lalu kau berkesal hati dan menyalahkan semua.
Bangunlah sedikit pagi esok hari, katakan pada diri “aku ingin melihat keajaiban pagi”. Tentu. Kau akan melihatnya dengan mata sendiri. Hanya jika tetesan hujan tidak turun pada pagi hari yang membuat jingga tertutup awan mendung.
-Regards AGUS SETIAWAN.