JUDUL diatas adalah makna kiasan, harga sebenarnya boleh jadi murah bahkan bisa diberikan gratis oleh instansi terkait secara cuma- cuma. Namun akan berbeda lagi ceritanya jika orang- orang yang ingin mengenakan seragam itu berkeinginan kuat dan memaksa diri mendapatkannya.
“Asal kau tahu, diluar sana banyak orang yang rela menghabiskan uang ratusan juta cuma untuk beli seragam kerja”
Sudah jadi rahasia umum bahwa di negeri ini pungli (pungutan liar), suap- menyuap dilakukan secara berjama’ah. Mulai dari kelas ikan teri yang di pinggir jalan hingga dalam kelas ikan paus yang meraup banyak uang rakyat. Saya benci berurusan dengan instansi yang korup ini, instansi yang katanya pelayan masyarakat/ pelindung masyarakat malah menjadi preman berseragam yang tugasnya tak beda jauh dengan penjajah. Tujuh puluh tahun sudah negeri ini merdeka, namun hanya mengganti penjajah saja. Dulu pejuang bangsa kita rela mengorbankan jiwa raga demi merebutkan kemerdekaan bangsa ini. Dan sekarang kita seenaknya saja mengotori kemerdekaan itu dengan perbuatan tercela, praktik korupsi di negeri ini merajalela.Penegakan hukum yang tumpul ke atas, tajam ke bawah membuat korupsi menjamur, hilang satu tumbuh seribu.
Kitalah orang- orang kecil yang tak tahu menahu persoalan, menjadi korban semua ini. Orang- orang yang saat sebelum masuk kerja membeli seragam harga ratusan juta itupun akhirnya melakukan banyak cara agar uangnya kembali. Balik modal, katanya. Akibatnya saat mereka bekerja, maka pelayanan umum yang semestinya menjadi hak masyarakat menjadi sasaran empuk untuk dijadikan lahan praktik korupsi, pembuatan SIM dipersulit. Jika ingin selesai maka harus membayar uang lebih kepada oknum yang tidak bertanggung jawab. Pelayanan rumah sakit juga demikian, sudah tahu pasien membutuhkan perawatan segera malah disuruh isi formulir dahulu dan membiarkan pasien menunggu kesakitan. Sektor Pendidikan juga tak luput dari asap hitam, dana pendidikan yang sejatinya untuk tunas bangsa, dikorupsi demi kepentingan pribadi. Tidakkah Tuan- Tuan menyaksikan nasib pendidikan bangsa ini? Sekolah berlantai tanah, gedung yang hampir ambruk, akses jalan ke sekolah yang ekstrim. Tidakkah Tuan semua punya mata untuk melihat?
Kenapa sih? Ngotot sekali ingin menjadi ini- itu dengan membayar banyak uang? Bukankah akan lebih baik jika uang sebanyak itu dijadikan modal untuk membuka usaha? Dijadikan modal berdagang? Selain itu juga bisa mengurangi angka pengangguran dan menyerap tenaga kerja. Kenapa kita tidak berpikir lebih jernih dalam menyikapi persoalan ini?
“Jika tujuan kita bekerja adalah mencari uang, mengapa kita rela menghabiskan banyak uang hanya untuk menerima upah yang tak seberapa?”
Ayolah, berpikir lebih jernih.
Kebanggaan? Gengsi? Aduh, kacau sekali jika hal ini dijadikan alasan. Naif sekali rasanya, menyogok ratusan juta hanya untuk bekerja bangga- banggaan dengan seragam kerja. Namun, semua itu adalah hak kalian, terserah Anda, saya hanya mengingatkan. Bahwa masih ada banyak hal yang lebih berguna daripada menghabiskan uang sebanyak itu untuk membeli seragam kerja.