Judul : Wasiat Segelas Pasir
ISBN: 978-602-7950-54-2
Jumlah halaman : 223 lembar, 13 cm x 19 cm
Harga : 56.000 IDR, diterbitkan di nulisbuku.com
Novel dewasa, fiksi
***
Tiga tahun sudah Marwan bekerja di Pembangkit Listrik. Jumlah pegawai yang bekerja kian hari kian bertambah seiring berputarnya waktu. Sikap kerja Marwan yang baik dan dan dinilai oleh Pimpinan Perusahaan membuat pihak Perusahaan memutuskan untuk merekrut pegawai dari tempat Marwan bersekolah dulu. Untuk itulah Marwan harus belajar dan bekerja lebih giat lagi, mendidik pegawai baru yang juga adik- adik kelasnya agar bisa bekerja dengan baik, mengoperasikan peralatan, mengajarkan ‘resep bumbu ajaib’ untuk membuat ‘dapur listrik’ mereka tetap menyala.
Marwan memiliki seorang tetangga yang baik, yang juga merupakan sahabat karib Bapak Marwan (Pak Latif). Pak Majid namanya. Pak Majid memiliki seorang putri tunggal, Qarina. Ia dan Marwan adalah teman masa kecil yang baik, usia mereka hanya beda satu tahun. Setelah tumbuh dewasa, Qarina memilih untuk mengajar mengaji di Masjid dekat rumah mereka. Istri Pak Majid meninggal dunia saat Qarina masih duduk di bangku SMP. Oleh karena itu, Qarina sudah menganggap Ibu Marwan sebagai ‘Ibu angkat’. Kepada Ibunda Marwan-lah Qarina banyak belajar hal tentang masakan. Seringnya Qarina berkunjung ke rumah Marwan untuk belajar memasak membuat Qarina jatuh cinta pada Marwan. Cinta lama yang ia pendam sejak kecil, keakraban kecil mereka seperti saat bermain sepeda, bermain bedil bambu, menyaksikan kunang- kunang membuat hari- hari Qarina menemukan semangat baru sejak ditinggal ibunya.
Danu, sahabat baik Marwan saat sekolah dulu berkunjung ke rumah Marwan. Tak sengaja bertemu dengan Qarina saat Qarina hendak belajar memasak. Danu jatuh cinta padanya. Danu berupaya sekuat tenaga untuk mendekatinya, mulai dari sering bermain ke rumah Marwan hingga berpura- pura belajar mengaji kepada Qarina di Masjid tempat ia mengajar. Sembari menyembunyikan identitas sebenarnya, Juara MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) tingkat kabupaten demi mendapatkan hati seorang Qarina.
Sementara itu, Saafia, gadis Stroberrie yang dulu pernah membuat Marwan jatuh hati telah menyelesaikan kuliahnya di Kairo dengan baik. Perasaan cinta yang dipendam oleh Marwan kepada Saafia ternyata tak berubah sama sekali, malah semakin besar, begitu pula dengan Saafia. Sepulangnya Saafia dari Kairo, ia mengabdikan diri untuk bekerja di sebuah Sekolah Dasar Teladan sebagai Guru.
Saafia yang saat itu menjadi Pengawas siswa- siswi dalam rangka Hari Hemat Energi berkunjung ke Pembangkit Listrik secara kebetulan bertemu dengan Marwan. Pertemuan itu membuat perasaan mereka berdua tumbuh subur. Sementara itu tanpa sepengetahuan Qarina dan Marwan, orangtua mereka merencanakan perjodohan terhadap anak- anaknya. Hal inilah yang membuat Marwan bingung, antara mengikuti pilihan hati atau pilihan orangtua. Namun pada akhirnya, orangtua Marwan memberikan keputusan sepenuhnya pada Marwan.
Dukungan keluarga serta ditambah dengan kakak- kakak Marwan yang sudah menikah membuat Marwan tak bisa menunggu lagi untuk melamar Saafia. Disaat Marwan menyatakan niat untuk melamar Saafia, Pak Zyaad (Ayah Saafia) memberikan sebuah persyaratan agar lamaran Marwan diterima. Pak Zyaad memberikan segelas pasir untuk dihitung dalam semalam.
“Apakah Marwan mampu menghitung semua butir pasir itu dalam semalam? Apakah cinta Marwan dan Saafia terwujud hingga ke pelaminan? Lantas wasiat apa yang terdapat dalam segelas pasir itu?”
Maka dengan segala kerendahan hati mulailah membaca cerita ini dengan baik agar kita bisa memahami apa arti cinta dan mencintai yang sebenarnya. Temukan semua jawabannya di buku kedua saya, Wasiat Segelas Pasir.