"A man behind the lights". Agus Setiawan
Di dalam hatiku ada sebuah ruangan yang kunamai dengan Ruang Kerja disana hanya ada seorang saja yang bekerja iya, hanya ada seorang saja yang bekerja terus menerus selama dua puluh empat jam sehari semalam, tanpa kantuk ataupun gelisah Kadang ia ingin beristirahat saja sejenak sekadar meluruskan punggung, menyeka mata atau menyeduh kopi di pagi hari…
Hilanglah hilang rasa kantuk ini pada sesapan akhir kopi yang kuseduh malam ini Hilanglah segala gaduh di kepala bersama bising mesin yang memutar baling Hilanglah segala gelisah sebab esok segera tiba dan kita akan berjumpa
Kaulah sajak itu ketika matahari mengintip pagi kau beri kehangatan pada diri cerahkan hari Kaulah sajak itu diantara rinai gerimis musim hujan kau adalah langit biru yang selalu kunantikan Kaulah sajak itu senja yang merona kupandang tak jemu pada setiap petang Kaulah sajak itu diantara banyak cerita yang kutulis kaulah tokoh utama Kaulah sajak itu…
Sajak- sajakku sampah tak layak disimpan atau kau baca baiknya dibuang jauh- jauh ke samudera agar tak menimbulkan banyak duga Sajak- sajakku pilu tentang rintihan anak rantau yang tak tahu jalan pulang Sajak- sajakku nelangsa ketika hati yang didamba tak kunjung datang jua Hatiku adalah sehelai kertas tempat dimana aksaraku banyak berpentas Namun kali ini…
Mereka bilang aku hitam legam kotor tak berguna terpendam dalam tanah Hingga suatu hari kau menemukanku Kau berbeda, kau hargai aku lebih dari yang kuduga Kotor dan hitam tak mengapa asal aku menjadi hal yang berguna Aku rela terbakar, melebur dan hancur pada suhu tertinggi tak kenal padam menyala di tungku kehidupan Begitulah takdir untuk…
“Mereka lupa, umur yang panjang tak pernah berjanji kepada siapapun. Bahkan kematian pun bisa terjadi sejak dalam kandungan”. BERBICARA tentang kematian maka ingatan saya akan kembali pada peristiwa empat belas tahun lalu, ketika menyaksikan peristiwa kematian pertama kali. Salah satu teman bermain saya meninggal dunia. Ia adalah teman baik sekaligus tetangga seberang rumah. Semasa hidupnya…
Selepas dzuhur matahari bersinar terik diatas kepala “Panas” katamu sambil mengembangkan payung Namun kau tak tahu betapa panas di hati yang kutanggung sendiri