BELAKANGAN ini buah manggis membanjiri keranjang para penjual buah di kota. Harga bervariasi tergantung ukurannya. Saya tak ingin ketinggalan untuk mencicipinya. Meski kulit luar buah manggis berwarna gelap, namun buah ini memiliki isi berwarna putih dan manis. Selain manis, rupanya buah ini juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Tidak hanya isinya saja melainkan kulitnya pun bisa memberi banyak manfaat (saya tidak akan menjelaskannya disini, kalian bisa cari tahu sendiri apa saja khasiat buah ini).
Buah ini memiliki keunikan tersendiri dibanding buah lainnya. Pada bagian bawahnya terdapat ruas (jumlahnya bervariasi, ada lima, enam atau tujuh). Tanda ruas tersebut mewakili jumlah isi buah di dalamnya. Jika isi buah manggis itu berisi lima, maka ruasnya juga lima. Buah manggis sering kami jadikan sebagai permainan tebak-tebakan. Saya benar-benar merasakan indahnya permainan saat masih kecil dulu. Meski hanya berbekal buah manggis, permainan kami waktu itu tak kalah serunya dibanding dengan zaman gadget saat ini. Sebelum bermain tebak- tebakan saya akan menghilangkan tanda ruas di bawah buah tersebut dengan cara menggesekkannya ke dinding. Kemudian, saya akan bertanya kepada mereka untuk menebak berapa isinya. Menyenangkan sekali! Pekan lalu, saat saya pulang ke rumah, mamak membeli buah manggis untuk kami. Kami menikmati buah manggis tersebut. Di sela obrolan, bapak berucap: “Barangkali melalui buah ini, Nak. Tuhan mengajarkan kepada kita agar bersikap jujur layaknya buah manggis”.
Apa yang bapak ucapkan ada benarnya juga, layak untuk dipikirkan. Bahwa semesta ini tercipta bukanlah kebetulan. Semua penciptaanNya baik itu kecil ataupun besar, pahit ataupun manis semuanya tak lain agar kita memahami kebesaran Tuhan. Melalui penciptaan buah manggis ini kita diajak untuk merenungi bahwa semua ciptaan Tuhan memiliki hikmah dan pelajaran yang layak diambil. Sudah semestinya kita bersyukur.
