Apa yang Saya Rasakan Ketika Mengetahui Sebentar Lagi Akan Menjadi Seorang Ayah?

“Menjadi ayah bukan hanya sekadar urusan nafkah, tapi juga tentang teladan yang baik”

SENYUM manis menyambut kedatangan saya saat saya membuka pintu usai sholat subuh di Masjid. Kedua bola mata istri saya berkaca- kaca, bahagia. Hati saya bertanya, ada kabar bahagia apa? Iin memperlihatkan hasil test-pack, dua garis merahterlihat jelas disana. Kami tersenyum bahagia. Itu terjadi tepat beberapa hari setelah kami merayakan ulang tahun saya.

Usia kandungan istri saya telah memasuki minggu kelima saat itu. Sebuah proses yang menakjubkan terjadi pada Iin, perutnya membesar. Sebentar lagi ia akan menjadi Ibu, dan saya akan menjadi ayah. Beberapa pakaian yang biasa dipakainya sudah tak bisa lagi dikenakan. Kini istri saya mulai mengenakan pakaian longgar dan besar, pada hari libur waktu itu kami membeli kain dasar di pasar untuk ditempa di Tukang Jahit. Menempa pakaian di Tukang Jahit membuat istri saya lebih puas dibanding membeli di toko, katanya.

Melewati fase tiga bulan pertama adalah hal yang cukup sulit untuk dihadapi oleh kami berdua. Mual dan muntah yang dialami Iin membuat emosinya cenderung tidak stabil. Belum lagi ditambah dengan keinginan istri yang ingin itu dan ini, ngidam kata orang kebanyakan. (saya pernah menuliskan perihal ngidam istri saya di sini). Dengan sikap sabar dan perhatian yang lebih, membuat semua fase ini terlewati dengan baik.

Awal bulan ini, kami mengunjungi Dokter kandungan lagi. Alhamdulillah, semua sehat dan baik- baik saja. Dokter bilang: “hidungnya (bayi) mancung” saat pemeriksaan USG (Ultrasonografi) berlangsung. Mendengar hal itu, Iin tersenyum sambil melirik saya. Saya tertawa senang, tentu saja itu berasal dari ibunya. Dan berita itu membuat Mamak dan Bapak serta Ayah Ibu mertua saya bahagia. Tak ada yang lebih membuat saya bahagia tiap kali saat memeriksakan kandungan istri saya, selain mendapat kabar bahwa bayi kami dalam keadaan sehat dan lincah. Ia terlihat seperti berenang dan menendang- nendang.

Terlepas dari hal apakah bayi kami nanti berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, itu sepenuhnya adalah hak Allah SWT. Hanya Dia-lah yang menentukan, semua telah dituliskan. Saya dan Iin hanya berharap dan berdoa kepada Allah SWT agar kelak anak kami menjadi anak yang soleh/solehah yang memberikan banyak manfaat disekelilingnya, beriman kepada Allah dan berbakti kepada orangtua. Dengan pendidikan dan pemahaman agama yang baik, kasih sayang yang utuh mudah-mudahan harapan itu dikabulkan oleh Allah SWT. Aamiin. Satu hal yang kami sadari bahwa pendidikan anak itu bukan dimulai setelah anak dilahirkan melainkan dimulai dari orangtua sendiri sejak dini, kami harus menyibukkan diri dengan terus memperbaiki diri agar kelak bisa memberi teladan yang baik bagi anak-anak kami.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: