Fenomena Anak Kecil dan Kendaraannya

BICARA tentang keinginan maka jika setiap orang memiliki satu keinginan saja, maka langit akan penuh dengan tulisan keinginan. Terlepas dari seberapa penting keinginan tersebut maka keinginan tetaplah keinginan mesti diwujudkan. Di media beberapa pekan terakhir sedang banyak membahas tentang sebuah kecelakaan yang menyebabkan banyak korban jiwa dan pelakunya adalah anak kecil yang masih di bawah umur. Meski kejadian yang sama pernah terjadi oleh seorang gadis yang sudah dewasa atau seseorang yang mabuk, namun kejadian kali ini membuat saya menahan napas sejenak, pelakunya hanya seorang anak kecil. Saya mencoba memahami kejadian tersebut dengan bijak.

Dulu saat masih duduk di bangku sekolah, saya tak mengerti mengapa bapak hampir tak pernah mewujudkan keinginan saya. Setiap sepuluh keinginan saya, maka ‘mungkin’ hanya satu saja yang dikabulkannya atau tidak sama sekali. Saya sampai kesal dalam hati, padahal keinginan tersebut bukanlah sesuatu yang sulit untuk dipenuhi. Ketika saya menginginkan sebuah sepeda motor, bapak menyuruh saya untuk naik angkot. Ketika ingin memiliki sebuah ponsel, bapak saya malah membelikan sebuah buku cerita. Sungguh, saya dulu benar-benar tak paham jalan pikiran bapak saya.

Bulan berganti tahun, tahun berganti windu. Hari ini saya paham alasan bapak saya tidak selalu menuruti keinginan saya dulu. Meski saya sempat kesal, namun pemahaman baik mampu menghapus itu semua. Bila saja waktu itu, bapak menuruti keinginan saya untuk memiliki sebuah sepeda motor, saya tak menjamin bahwa hari ini saya bisa mengendarai sepeda motor yang saya beli dengan uang sendiri. Bila saja bapak membelikan saya sebuah playstation waktu itu, mungkin hari ini saya tak se-semangat seperti ini mengisi waktu untuk membaca dan menulis.

Kembali lagi pada kecelakaan lalu lintas yang saya tuliskan di atas bahwa kecelakaan bisa saja terjadi dimana dan kapan saja namun yang lebih penting adalah sikap pengendara agar selalu berhati-hati adalah modal utama untuk selamat sampai tujuan. Saya bukanlah pengendara yang hebat seperti di film hollywood atau balap motor, saya hanya selalu bersikap hati-hati saat berkendara. Dari beberapa ulasan di media, terjawab ada banyak faktor yang menyebabkan terjadi kecelakaan tersebut, salah satunya adalah kelalaian. Hal ini amatlah fatal. Sikap tidak peduli membuat kehidupan di bumi menjadi rusak perlahan. Orang tua memiliki tanggung jawab paling besar dalam kehidupan anak-anaknya di rumah, dan ini yang menjadi pondasi utama atas pemahaman anak-anak jaman sekarang yang hidup di jaman ‘serba mudah’.

Selain itu adanya sikap egoisme dari hampir setiap orang tua yang memiliki banyak uang untuk membelikan anak-anaknya barang mewah. Sikap tersebut mereka ambil sebagai jawaban agar masyarakat mengetahui bahwa orangtuanya ‘sukses’, dengan membuktikan anak-anaknya bisa memiliki mobil mewah, gadget keren dan sebagainya. Pemahaman inilah yang kerapkali menjadi pemicu terjadinya kesenjangan sosial dalam masyarakat, sehingga setiap orangtua berlomba-lomba memberikan barang mewah kepada anak-anaknya. Padahal sebetulnya mereka sedang memberikan senjata yang entah suatu saat akan memakan tuannya sendiri.

Pemahaman yang baik dan sikap peduli akan menyelamatkan kita semua dari sikap egoisme seperti ini. Setidaknya tak akan ada lagi korban yang mati sia-sia akibat kecelakaan di jalan raya. Dan terakhir, saya bersyukur sekali memiliki orangtua seperti bapak saya yang bisa mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang baik.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: