Menggila: Cerita Pasangan Suami Istri yang Ingin Punya Anak

BIASANYA Fatih terbangun dua kali: pukul satu dinihari dan menjelang subuh. Kadang bisa juga empat hingga lima kali. Saat rewel, dia terus berontak dan menangis tanpa sebab hingga subuh. Walaupun sudah diberi ASI dan dininabobokan agar tenang, tetap saja dia rewel. Jika sudah begitu tidak mudah untuk membuatnya tidur, tidak hanya saya dan istri yang bangun melainkan kedua mertua saya pun ikut bangun untuk menenangkannya. Hal ini membuat jam tidur kami berkurang, padahal besok harinya saya harus berangkat kerja. Meskipun kami berdua sudah bergantian untuk menjaganya, Fatih jauh lebih mudah tenang di pangkuan istri saya. Jika tidak rewel, saat dia menangis di malam hari saya yang mengurusnya, memberi ASIP. Dan tak lama dia akan tertidur. Cerita tentang bangun tengah malam ini tentu menjadi hal baru dalam kehidupan kami. Hal ini menjadi tantangan bagi kami untuk lebih sabar dalam pengasuhan anak kami. Demi menenangkan Fatih yang sedang rewel ini, tidak jarang saya mengajaknya mengobrol, mendongeng, bercerita tentang kegiatan saya hari ini, mengaji, bermain ciluuk baa dan segudang ide saya keluarkan untuk membuat bayi kesayangaan kami tenang dan tidur. Tak peduli apakah Fatih mengerti ocehan saya atau tidak, saya terus mengoceh hingga salah satu dari kami ada yang kalah: Fatih yang tertidur atau saya yang capek bicara sendiri. Ternyata mengasuh bayi bukanlah hal mudah! “Gunakan perasaan” kata ibu mertua saya. Pagi ini ketika saya bertanya kepada istri saya apakah Fatih rewel tadi malam (karena kemarin memang saya pulang ke rumah orangtua saya)? Istri saya menjawab: “Tidak. Dia hanya bangun sekali untuk minta ASI. Lalu tak lama dia tertidur.” Aneh, saat saya tidak bersamanya Fatih tidak rewel. Barangkali memang benar jika Fatih suka sekali mencari perhatian ayahnya saat saya pulang. -_-“

Tentang rewelnya Fatih, mengingatkan saya kepada cerita ibu mertua saya. Di suatu sore yang santai kami mengobrol tentang kelakuan Fatih yang lucu dan menggemaskan. Termasuk juga tingkah Fatih yang suka rewel dan membuat kami kewalahan menenangkannya. Lalu ibu mertua saya bercerita kepada kami.

***

Cerita ini tentang pasangan suami istri yang baru menikah, mereka diberi rezeki yang melimpah, karir yang bagus, rumah mewah, kendaraan terbaru dan kesehatan. Diawal pernikahan mereka begitu bahagia namun tahun demi tahun berlalu, pasangan ini belum kunjung mendapat keturunan. Padahal mereka sangat ingin memiliki anak. Pasangan ini kemudian berinisiatif untuk mengunjungi dokter dan memeriksakan kesehatan mereka masing-masing. Tak lama kemudian, hasil dokter pun keluar dan menyatakan kondisi mereka dalam keadaan sehat dan tidak ada masalah apapun. Dokter menyarankan agar pasangan tersebut memperbanyak olahraga, makan makanan yang bergizi dan terus berusaha. Nasihat dari dokter pun diikuti dengan baik. Seiring berjalannya waktu. Belum kunjung datang tanda-tanda kehamilan. Tidak puas dengan hal tersebut, pasangan ini mencoba obat herbal dan terus berusaha agar bisa segera diberi momongan. Namun tetap tidak berhasil.

Akhirnya mereka mengunjungi “orang pintar” yang kerap diklaim oleh sebagian orang bisa menjawab masalah pasangan tersebut yang ingin punya anak. Maka pergilah mereka berdua mencari orang pintar itu. Berbekal informasi seadanya, mereka bertanya-tanya dengan warga desa perihal orang pintar tersebut. Desa itu berada jauh dari keramaian kota. Akses jalan begitu buruk, hanya bisa dilewati dengan kendaraan roda dua. Hingga tibalah mereka di sebuah rumah kecil dengan atap daun rumbia. Disana mereka mendapati seorang nenek tua, itulah orang pintar yang dimaksud. Pasangan itu menjelaskan apa masalah mereka dan akhirnya mereka meminta tolong kepada nenek tua itu agar membantu mereka memiliki anak.

“Aku bisa saja membantu kalian agar punya anak. Apakah kalian siap menggila?” Tanya nenek tua itu.

Pasangan tersebut saling menoleh, lalu mereka bertanya: “Maksud nenek, menggila?”

“Iya, menggila. Kalian mau menggila?”

Mereka menggelengkan kepala bersamaan, tanda menolak persyaratan yang diberikan oleh sang nenek tua. Sang nenek hendak melanjutkan kalimatnya lagi, namun mereka bergegas meninggalkan tempat itu.

Sambil menatap punggung mereka berdua dari daun pintu, sang nenek hanya geleng-geleng kepala saja.

***

Kenapa mereka berdua tidak menyanggupi persyaratan yang diberikan sang nenek tua? Tanya saya kepada ibu mertua. “Itu karena mereka berdua tidak paham bahwa menjadi orangtua berarti harus menggila”. “Maksudnya?” Saya bertanya lagi. “Menggila disini adalah kelakuan suami istri setelah punya anak persis seperti orang gila. Ketika kau mengasuh Fatih misalnya: kau akan mengoceh sendirian, bercerita sendirian, tersenyum sendiri, bermain ciluuk baa, mendongeng dan sebagainya. Dan orang lain yang melihat kelakuanmu itu persis seperti melihat orang gila di pasar. Hanya saja kau menjadi gila hanya saat mengasuh bayi, tidak setiap saat seperti orang gila di pasar”. Ucap ibu mertua saya sambil tertawa.

2 Comments

  1. Assalamualiakum Mas, saya mohon izin untuk memuat cerita ini ke cenel yutub story man ya? smoga bisa berbagi kisah dan mendapatkan manfaat ke khalayak ramai, khususnya untuk saya pribadi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: