Cinta kini tak hanya berbentuk sebuah perasaan namun juga berwujud ketaqwaan
HAI Mister X (sengaja tidak saya sebutkan nama samaran Anda). Apa yang Anda lakukan terhadap blog kokilistrik(dot)com kemarin pagi benar- benar membuat saya terkejut. Sebab beberapa jam sebelumnya saya sedang asyik menulis.
Mungkin Anda mengira apa yang telah Anda lakukan berhasil, membuat puas. Mungkin. Anda memang lebih pintar dalam urusan masuk tanpa permisi! Namun ketahuilah bahwa masuk ke dalam sebuah akun milik orang lain bukanlah sebuah tindakan yang baik dan bermoral. Apalagi sampai beraninya mengganti dan mengacak- acak sistim di dalamnya.
Blog yang saya dirikan ini adalah blog non-profit, sedikitpun saya tidak mengambil keuntungan di dalamnya. Setiap tahun saya membayar tagihan web ini. Saya senang bisa menulis dan berbagi melalui blog sebab menulis adalah hobi saya. Dan saya tidak senang terhadap apa yang Anda lakukan pada blog saya kemarin pagi.
Saya memang tidak tahu siapa Anda, urusan Anda dan motif Anda meng-hack blog saya tapi Anda harus tahu bahwa Allah SWT tidak pernah tidur, Allah SWT Maha Melihat.
Jika Anda tidak senang dengan blog saya, itu urusan Anda. Hidup ini sudah rumit, Bung! Tidak perlu ditambah- tambahi dengan urusan seperti ini. Jika Anda lelaki temui saya, kita selesaikan secara jantan!
“Dua hal yang membuat saya bahagia pagi ini: pertama, libur kerja telah tiba dan saya pulang ke rumah. Yang kedua, ada senyum manis istri tercinta menyambut kepulangan saya”
“Urusan perbankan bukan hanya tentang urusan dunia saja tetapi sekaligus melaksanakan perintah agama.”
Setelah survei pilihan Bank Syariah mana yang diambil dan menggali informasi sana-sini serta bertanya kepada rekan kerja/orang terdekat. Akhirnya kami resmi berpindah dari Bank Konvensial ke Bank Syariah.
Ini adalah resolusi pertama setelah tiga bulan pernikahan kami. Lalu apa yang mendasari kami untuk beralih ke Bank Syariah? Penerapan sistim bagi hasil pada semua transaksi keuangan di semua sektor yang dikelolanya. Itulah yang membuat sistim ekonomi syariah lebih menguntungkan kedua belah pihak. Sistim bagi hasil itu pula yang mendorong terjadinya transparasi dalam perhitungan serta mendorong perilaku jujur. Karena itu sistim ini tidak hanya bermanfaat bagi Muslim saja, namun juga pada mereka non- Muslim yang menginginkan perlakuan adil dan jujur.
Selain itu, sistim syariah membuat para penabung juga menjadi Investor yang membantu perkembangan dan memperkuat sistim ini. Sesuatu yang tidak terjadi pada Bank Konvensional.
Meski demikian, masih banyak orang beralasan bahwa perbankan syariah sulit dijangkau, ATM terbatas, layanan yang diberikan juga tak memberi banyak pilihan. Itu memang benar adanya, tapi dulu, sepuluh, belasan tahun lalu. Perbankan syariah kini jauh berbeda. Perbankan syariah sudah berkembang pesat dan mampu bersaing dengan Bank Konvensional lainnya. Terbukti dengan hadirnya banyak layanan pilihan yang beragam: internet banking, tabungan haji/umroh, tabungan qurban, pembayaran tagihan telepon/listrik, banyaknya cabang dan Unit, dan saat ini Bank Syariah juga telah bekerja sama dengan ATM bersama sehingga memudahkan dalam pengambilan dana tunai. Dan ada satu layanan lagi yang tidak dimiliki oleh Bank Konvensional, yakni: gadai emas. Layanan ini amat membantu para Pengusaha skala kecil dan menengah yang memerlukan dana tunai.
Satu hal yang amat penting kita ketahui sebagai Muslim, bahwa pada Bank Syariah tidak menerapkan sistim riba yang diharamkan dalam Agama Islam. Sebagai Muslim yang menjalankan perintah agama sebaik- baiknya, maka kita pasti akan menghindari riba.
Tunggu apalagi? Segera beralih ke Bank Syariah. Jadikan hidup lebih berkah dengan keuangan syariah. ;)
MESTINYA saya menulis catatan ini tiga hari setelah lebaran waktu itu. Namun berhubung tidak adanya koneksi internet di rumah dan smartphone saya masih dalam perbaikan, akhirnya saya tunda. Tiga hari setelah lebaran saya mesti kembali ke tempat kerja, bekerja seperti biasa lagi. Libur lebaran berlalu begitu cepat. Kabar baiknya tahun ini saya bisa merayakan lebaran bersama keluarga di rumah, berkat jasa rekan kerja yang rela masuk menggantikan saya bekerja selama lebaran, ia pemeluk Budha yang taat. Xiexie Iyas! Memang saya sudah mempersiapkan rencana libur lebaran dan pergantian shift ini dari tahun lalu, saat melihat jadwal shift kerja saya yang bertepatan dengan shift sore.
Berbeda halnya dengan rekan kerja saya yang tidak bisa merayakan lebaran di rumah. Mereka tetap bekerja seperti biasa di hari lebaran. Manajemen memberikan bingkisan makanan dan minuman kepada rekan- rekan yang bekerja pada hari itu sebagai ungkapan terima kasih. Meski demikian, perjumpaan dengan keluarga dan orang yang dicintai tak bisa diganti dengan apapun. Namun setidaknya hal tersebut sedikit menghibur hati para pekerja.
***
Saya menghabiskan waktu bersama keluarga saat lebaran selama dua hari saja. Sebetulnya dua hari sebelum menjelang lebaran saya sudah pulang ke rumah. Jadi, saat akhir ramadhan saya dan istri saya sibuk menyambut lebaran, seperti: membersihkan pekarangan rumah, menyapu, mengepel, dan merapikan perabotan. Pekerjaan tersebut yang tak begitu banyak, namun karena dikerjakan saat puasa, capeknya agak terasa. Kami tidak begitu memberi banyak porsi khusus dalam menyiapkan rumah untuk menyambut lebaran, semua dikerjakan sekadarnya, asal rapi dan bersih. Begitu juga kue dan makanan, masak sekadarnya: ketupat, opor ayam, pindang tulang, dan pempek. Adapun kue, istri saya membuat kastengel (kue keju renyah) dan ibu mertua saya memasak kue bangkit. Untuk kue kering yang lain kami beli diluar.
Layaknya lebaran, di hari pertama kami sholat Ied bersama di masjid lalu bersalam- salaman dengan para tetangga. Kemudian barulah mendatangi rumah keluarga terdekat satu per satu. Selepas sholat jum’at, kami berangkat ke Lahat (ke rumah orang tua saya). Suasana ramai nan menghangatkan, lebaran tahun ini kami mendapat keluarga baru, begitu juga yang dirasakan oleh istri saya. Semoga akan ada banyak kebaikan dari bersatunya kedua keluarga ini. Hanya saja tahun ini kami tidak bisa berkumpul dengan kakak sulung saya. Ia masih di tanah rantau. Hari kedua, kami masih saling kunjung- mengunjungi rumah keluarga hingga petang.
***
Waktu begitu cepat berlalu, libur lebaran yang singkat. Ramadhan telah pergi jauh, lebaran sudah lewat. Namun demikian tak perlu merisaukan waktu yang datang dan berlalu, jika kita benar- benar merindukan ramadhan maka lakukanlah hal- hal yang biasa kita lakukan saat ramadhan di bulan- bulan biasa. Ramadhan adalah bulan latihan, sebelas bulan lainnya layaknya kita isi dengan banyak kebaikan.
Nah, teman- teman. Sebagai penutup, dengan penuh keikhlasan dan kerendahan hati, saya dan keluarga besar mengucapkan selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan batin, semoga kebaikan selalu meliputi. Aamiin.
“Setiap orang punya alasan untuk tidak membaca, begitupun saya selalu punya alasan untuk terus menulis”
BULAN RAMADHAN akan berakhir dalam beberapa hari lagi. Hanya saja hari ini saya baru berkesempatan untuk menulis di blog kesayangan saya, setelah sempat disibukkan dengan banyak rutinitas kerja. Baiklah lupakan saja, saya memang selalu (kelihatan) sibuk meski pada kenyataannya memang sibuk. Namun sesibuk apapun, saya selalu meluangkan waktu untuk menulis.
Kabar baiknya tahun ini saya sudah menggandeng status baru, yakni: suami. Pada bulan April lalu saya telah melaksanakan salah satu sunnah Rasulullah SAW, menikah. Dan karena ijin Allah sajalah sejumlah deretan acara berjalan dengan lancar, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menyatukan dua hati, dua keluarga dan mengabulkan doa- doa saya. Kini malam tak lagi sekelam saat masih bujang dulu dan langit siang tak seterik saat masih sendiri. Indahnya.
Menjadi suami, sekaligus pekerja dan mahasiswa secara bersamaan membuat saya harus lebih giat dan gesit dalam membagi waktu. Memilah- milah mana waktu untuk keluarga, mana waktu bekerja dan belajar dan mana waktu untuk hobi. Tanggung jawab yang saya pikul kini makin besar, dan itu membuat hidup saya berwarna. Sebab lelaki selalu dinilai dari tanggung jawabnya. Meski berat, lelah, saya selalu mencoba untuk menikmati setiap hal yang saya lewati, seperti kata seorang sahabat saya, Danu: enjoy every moment!
***
Waktu melaju begitu cepat, itulah yang saya rasakan saat ini. Ternyata hidup memang singkat sekali, kawan. Tak terasa sudah enam tahun saya bekerja di Pembangkit Listrik, sudah begitu banyak hal- hal yang saya lewati disini. Menghabiskan 2/3 waktu bekerja menjaga tungku api. Tahun ini, Allah SWT masih memberi nikmat untuk bertemu dengan bulan suci ini. Namun kegiatan di Pembangkit Listrik tetap sama dengan hari biasa, tetap bekerja dengan pola shift. Sederet peristiwa yang sama seperti tahun lalu terulang kembali: cerita sahur yang kesiangan, berbuka puasa yang langsung makan nasi (saat bekerja), sholat tarawih yang terlewat dan hal lucu yang terjadi saat awal puasa yakni: mengambil air untuk minum (entah mengapa saat air itu hendak masuk ke kerongkongan tiba- tiba saya sadar bahwa saya berpuasa, seandainya saja ingatnya setelah meneguk segelas air, hahaa..)
Kadang saya hampir tak percaya bahwa saya sudah tidak anak- anak lagi. Teman- teman saya yang dahulunya masih anak- anak, eeh..sekarang sudah gendong anaknya sendiri. Yang dulunya masih sering bertemu, bercengkrama kini sudah terpisah jauh (sebab pekerjaan, dll), ada juga yang kini sudah pergi dan tak kembali. Sedih memang, namun hidup selalu begitu. Setiap hal ada waktunya masing- masing, jika telah berlalu, maka ia tak akan pernah kembali. Seperti masa kanak- kanak saat masih duduk di bangku sekolah, atau masa muda saat darah masih bergejolak hendak mengguncang dunia.
Saya sering menatap langit di siang hari, mengamati awan yang berarakan atau menatap bintang di malam hari. Bukan semata- mata karena tak punya kerjaan namun saat penat dunia terasa begitu sesak, saat lelah tak membuat kantuk, dan tidur tak lagi nyenyak maka menikmati potongan demi potongan ciptaan Tuhan selalu membuat saya tersenyum, bahwa masih ada Allah yang sangat menyayangi hamba- Nya. Cukuplah itu saja yang menjadi alasan agar kita teru berjalan di jalan lurus- Nya dalam menjalani detik demi detik kehidupan. Bukankah hidup hanya sebentar saja? Maka bahagia, maupun luka juga sebentar pula.
Nah, teman- teman dengan semangat di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan ini, ayooo.. kita jadikan Ramadhan tahun ini lebih bermakna dengan kembali merenungkan tujuan hidup kita sebenarnya di muka bumi. Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih baik lagi, aamiin.