Kaulah Sajak Itu

Kaulah sajak itu
ketika matahari mengintip pagi
kau beri kehangatan pada diri
cerahkan hari

Kaulah sajak itu
diantara rinai gerimis musim hujan
kau adalah langit biru
yang selalu kunantikan

Kaulah sajak itu
senja yang merona
kupandang tak jemu
pada setiap petang

Kaulah sajak itu
diantara banyak cerita yang kutulis
kaulah tokoh utama

Kaulah sajak itu
diantara lipatan- lipatan buku
yang belum selesai kubaca
tertulis namamu

Kaulah sajak itu
diantara jutaan kerlip cahaya yang menyala
kupilih kau diantara yang banyak

Kaulah sajak itu
andai kau tahu

Sajak Patah Hati

Sajak- sajakku sampah
tak layak disimpan atau kau baca
baiknya dibuang jauh- jauh ke samudera
agar tak menimbulkan banyak duga

Sajak- sajakku pilu
tentang rintihan anak rantau
yang tak tahu jalan pulang

Sajak- sajakku nelangsa
ketika hati yang didamba
tak kunjung datang jua

Hatiku adalah sehelai kertas
tempat dimana aksaraku banyak berpentas
Namun kali ini aku tak bisa menulis
jari- jariku terluka
kulitnya terkelupas
Biarlah aku oleskan pasir diatasnya
agar makin pedih
agar makin merintih
Sebab puisi- puisiku terlanjur patah hati

Suatu Hari Ketika Batu bara Bisa Bicara

Mereka bilang aku hitam legam
kotor tak berguna terpendam dalam tanah
Hingga suatu hari kau menemukanku
Kau berbeda, kau hargai aku lebih dari yang kuduga

Kotor dan hitam tak mengapa
asal aku menjadi hal yang berguna
Aku rela terbakar, melebur dan hancur
pada suhu tertinggi
tak kenal padam
menyala di tungku kehidupan

Begitulah takdir
untuk sekali saja menyala dalam hidup
lantas menjadi abu
tanpa ragu, tanpa pilu

Usia dan Kematian

“Mereka lupa, umur yang panjang tak pernah berjanji kepada siapapun. Bahkan kematian pun bisa terjadi sejak dalam kandungan”.

BERBICARA tentang kematian maka ingatan saya akan kembali pada peristiwa empat belas tahun lalu, ketika menyaksikan peristiwa kematian pertama kali. Salah satu teman bermain saya meninggal dunia. Ia adalah teman baik sekaligus tetangga seberang rumah. Semasa hidupnya saya banyak menghabiskan waktu bersamanya, seperti memanjat pohon jambu di halaman rumahnya, belajar memasak nasi goreng, memancing ikan di sungai dan bermain bersama. Ia pandai bermain kelereng, tak pernah ada kata kalah dalam setiap permainan. Sebelum bermain ia hanya membawa lima kelereng dan pulang membawa puluhan kelereng, mengagumkan! Ia meninggal dunia karena sakit, saat usianya masih muda. Waktu itu ia baru saja menyelesaikan ujian akhir sekolah di bangku kelas 3 SLTP.

Sejak saat itu, saya mulai banyak menyaksikan peristiwa kematian, entah itu teman sekolah, orangtua teman, tetangga ataupun anggota keluarga sendiri.

Kemarin malam, ketika saya menghubungi keluarga di rumah. Panggilan telepon saya tak mendapat jawaban. Setengah jam berlalu, saudara perempuan saya mengirimkan pesan bahwa kedua orangtua sedang berkunjung ke rumah Ahli musibah. Salah satu tetangga dekat rumah meninggal dunia. Saya kaget sekali. Sosok perempuan tua itu adalah orangtua dari teman baik saudara laki-laki saya, ia mempunyai seorang adik perempuan yang juga teman saya. Di samping rumah mereka adalah rumah guru sekolah saya. Maka bisa dibilang saya mengenal baik mereka.

Saya masih ingat ketika masih duduk di bangku sekolah. Setiap pagi, saya selalu melintas di depan rumahnya, sosok perempuan tua yang bersahaja itu selalu menyapaku dari bangku teras rumahnya. Kini semua tak lebih kenangan saja, perempuan tua itu telah pergi. Dan anak-anaknya kini jadi Piatu.

Kematian selalu saja begitu, datangnya tiba- tiba, penuh tanda tanya dan menuntut kita untuk harus selalu siap ketika maut menyapa, mau tak mau, suka atau tak suka. Terus berbuat baik dan menyiapkan bekal yang banyak, sebab perjalanan kita masih panjang. Ah, tentang usia manusia tahu apa.

6 Alasan Pulang Kerja Tepat Waktu

MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia, lembur (n) adalah pekerjaan dinas yang dikerjakan diluar jam (waktu) dinas. Tentu saja tugas lembur ini mendapat upah tambahan diluar upah yang biasa diterima per bulannya. Pada instansi pemerintahan kita sering menyaksikan beberapa karyawan yang masih saja berkutat dengan pekerjaan hingga larut malam, sendirian di ruang kerja, lembur. Namun disini saya tidak akan membahas cara lembur yang baik atau tips untuk mendapat upah tambahan diluar jam kerja.

Pernahkah Anda melihat seorang karyawan yang masih saja berada di kantor padahal saat itu semua karyawan sudah pulang? Atau saat semua orang libur bekerja, ia masih datang ke kantor untuk bekerja. Sebenarnya, tidak semua orang yang masih bekerja pada saat jam kantor telah usai disebut pekerja keras. Dan tidak semua orang yang bekerja saat hari libur disebut karyawan yang baik. Berikut akan saya bahas 6 alasan pulang kerja tepat waktu.

1. Bekerja adalah proses yang tidak ada habisnya

Bekerja adalah suatu perbuatan yang harus terus-menerus dilakukan, hari ini kita mengerjakan proyek A, setelah selesai proyek A, dilanjutkan lagi dengan proyek B, C, D dan seterusnya. Begitulah, pekerjaan tidak ada habisnya. Meskipun kita telah bekerja semaksimal mungkin, entah besok atau lusa akan ada banyak pekerjaan yang menanti untuk dikerjakan lagi. Pekerjaan yang kita lakukan tidak akan pernah selesai.

2. Bekerja adalah hal penting, untuk keluarga

Untuk siapa kita bekerja? Untuk siapa upah yang kita terima? Jika Anda menyadari bahwa kita bekerja untuk keluarga maka keluarga berhak atas kehadiran kita. Menghabiskan banyak waktu untuk bekerja memang penting, namun ada yang lebih penting yakni membagi waktu bersama keluarga. Luangkan waktu untuk berkumpul bersama di rumah saat libur kerja dan itu sudah lebih dari cukup. Lagipula, seberapa besar upah yang Anda peroleh sehingga Anda lupa pada keluarga?

3. Hidup bukan hanya untuk bekerja

Sebagai makhluk sosial manusia tidak pernah lepas dari orang lain. Akankah kita hanya menghabiskan hidup yang singkat ini dalam ruang kerja? menerima upah dan mengejar promosi? Sungguh betapa malangnya nasib kita jika mempunyai pikiran seperti itu. Hidup ini amat berarti, kita bisa memiliki banyak hobi, bertualang ke tempat yang belum pernah dikunjungi, bersosialisasi dengan banyak warga. Tentu saja kita bisa ijin kerja/cuti untuk santai sejenak, berkumpul dengan keluarga dan teman. Hal itu lebih berharga dibandingkan dengan menghabiskan waktu hanya untuk bekerja.

4. Siapa yang peduli saat kau terjatuh?

Jika Anda pernah terjatuh- bangun dalam menggapai impian selama ini, maka renungkan sejenak. Apakah Boss Anda dan pimpinan lainnya akan mengulurkan tangan, memberi pertolongan kepada Anda? Tidak, bukan? Keluarga adalah orang pertama yang selalu menemani Anda dalam kondisi apapun, begitupun dengan sahabat/teman. Maka, sayangilah mereka, beri cukup waktu untuk berkumpul bersama.

5. Mereka bukanlah pekerja keras

Seperti yang saya tulis sebelumnya, tidak semua orang yang masih bekerja pada saat jam kantor telah usai disebut pekerja keras. Kenapa? Sebagian dari mereka tidak punya cukup kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sehingga mereka harus bekerja lebih lama. Sehingga terlihat seolah pekerja keras yang tetap bekerja meski jam kantor telah usai. Managemen waktu yang buruk menunjukkan secara tidak langsung bahwa mereka bukanlah orang yang cekatan dalam bekerja.

6. Manusia bukan mesin

Kita adalah manusia, kita hidup, bernafas, bersosialisasi, bergerak, memiliki banyak hobi, bertetangga. Jadi, jangan samakan diri kita sebagai mesin/robot yang bekerja terus menerus tanpa istirahat. Hiduplah dengan cara yang hidup.

Nah, jika setelah membaca tulisan ini membuat Anda menyadari bahwa ada banyak hal yang lebih berharga daripada hanya menghabiskan waktu untuk bekerja, belum terlambat. Akhir pekan ini atau ketika libur kerja nanti, pulanglah ke rumah, nyalakan kehangatan di tengah keluarga, sahabat/teman dengan begitu hidupmu begitu bermakna. :)

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: