Membaca Kembali Surat Masa Depan

AKU pernah menulis sebuah surat untuk aku di masa depan. Hal ini aku lakukan setelah membaca tulisan tentang Letter to Future Self, sebuah surat yang ditulis untuk diri sendiri yang kita baca nanti pada waktu yang kita tuliskan. Beranjak dari hal tersebut maka aku pun melakukan hal yang sama.

Surat masa depan itu aku tulis 3 tahun lalu. Waktu 3 tahun ini amatlah sedikit, jika dibandingkan dengan waktu yang ditargetkan, yakni 2040. Malam ini aku kembali membuka postingan 3 tahun lalu masih tersimpan baik.

Continue reading →

Tumbuh dan Berkembang

ATAS izin Allah SWT program FYI (First Year Inspection) yang direncanakan dari awal dan melibatkan banyak pihak akhirnya selesai juga. Alhamdulillah. Tepat dua belas hari lalu dua Unit mesin kami sudah berjalan dengan baik dan normal. Ini adalah salah satu hal yang patut disyukuri. Setelah menghadapi berbagai macam masalah di lapangan saya mendapat pengalaman baru dalam hidup, sebuah pelajaran berharga! Yang tidak saya dapatkan di tempat kerja yang lama. Poin inilah yang membuat saya tetap semangat meski menguras tenaga dan pikiran, kesabaran dan ketelitian.

Adanya program FYI ini juga membuat saya menyadari satu hal bahwa persiapan adalah hal terpenting dalam segala hal. Saya merasa beruntung dapat terlibat dalam program ini dan mendapatkan pelajaran penting. Pekerjaan apapun itu, haruslah memiliki 3 kunci utama, yakni: komunikasi, diskusi, dan koordinasi.

Continue reading →

*Selalu Ada Jalan Keluarnya

Kalian harus tahu, penulis buku adalah orang paling dermawan kepada negara. Kalian harus sopan sekali kepada penulis buku, karena dia membayar pajak lebih banyak dibanding kalian semua. :) Eh, saya serius loh, tidak sedang bergurau.

Di sebuah komplek misalnya, ada 10 rumah. Rumah A adalah dokter, Rumah B adalah akuntan, Rumah C adalah arsitek, Rumah D adalah pengusaha, Rumah E adalah pengacara, Rumah F adalah karyawan swasta, Rumah G adalah PNS, Rumah H adalah artis terkenal, Rumah I adalah motivator, dan Rumah J adalah Penulis Buku. Maka penulis buku adalah orang yang membayar pajak paling banyak.

Continue reading →

Uang 60 Trilyun

Di level paling mutakhir, nyari uang itu mudah sekali. Tinggal lobi-lobi, speak-speak, sepakat, kemudian cincay saja. Soal keberatan, soal ini, itu, lagi2 bisa cincai saja.

Saya sedang bicara tentang reklamasi. Karena sertifikat HGB Pulau D, pulau reklamasi sudah resmi diterbitkan. Berapa luas di HGB tersebut, 3.120.00.000 m2. Berapa harga tanah di lokasi reklamasi ini? Paling sial 20 juta/m2–harga sekarang, besok2 bisa 40 juta/m2. Maka berapa nilai aset ini? 60 Trilyun lebih. Pemkot cukup disumpal dengan 45% lokasi, sisanya 55% milik developer, well yeah, tetap 30 Trilyun, baru nilai tanahnya saja.

Dengan uang semassif itu, maka urusan cepaaat. Bahkan saat di sana-sini masih ada masalah. Ukur hari ini, besok langsung keluar sertifikat HGB-nya, dan semua aparat terkentut-kentut sok bijak menjelaskan betapa lurusnya penerbitan sertifikat HGB tersebut. Dibela2in seolah itu urusan emak-babe-nya. Tahu mereka jika developer bakal dapat uang 30 Trilyun? Dapat mereka? Itulah yang dulu disebut WS Rendra dalam puisinya yg ganas sekali, tahun 1977: Menghisap sebatang lisong/ Melihat Indonesia Raya/ Mendengar 130 juta rakyat / Dan di langit / Dua tiga cukong mengangkang / Berak di atas kepala mereka.

Continue reading →

*Sajak Gembira

Jika anak-anak kita berlari riang
Di antara garis-garis gobak sodor
Atau petak umpet, sungguh serunya
Anak-anak mereka berlari menangis
Di bawah peluru mendesing
Atau teriakan bunuh, bakar, habisi

Jika anak-anak kita menaikkan layang-layang
Menatap langit biru nan indah
Liuk layang-layang menari
Anak-anak mereka tidak tahu apakah langit masih biru
Mereka tidak tahu lagi esok masih ada

Continue reading →

BUKAN AYAH YANG GALAK

“Aa, Abang, Kaka. Masuk kamar!” suara Ayah tegas dengan nada dan volume cukup tinggi namun bermimik wajah lembut.

Ada apa gerangan? Ayah hampir tidak pernah sekeras ini saat berbicara.

Kami bertiga masuk ke kamar, menuruti perintah Ayah dengan kepala tertunduk. Peluh masih membasahi sekujur punggung, kami baru pulang bermain bola di kampung sebelah saat adzan Isya telah berkumandang. Memang kami terlalu larut bermain.

Continue reading →

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: