"A man behind the lights". Agus Setiawan
SEORANG Petani yang sehari-harinya bekerja mencangkul di sawah, membajak tanah, menebar benih suka sekali menatap ke langit, berharap suatu saat bisa berada di angkasa menatap hamparan bumi dari atas seperti pesawat terbang yang sering terbang di atas kepalanya. Dulu waktu kecil, ia pernah bermimpi untuk menjadi seorang Pilot. *** Seorang Pilot yang sudah mengantongi ribuan…
“Dulu saya pikir menjaga unit pembangkit agar terus mengalirkan listrik adalah hal yang tidak mudah. Ternyata saya salah. Menjaga iman dalam hati agar terus menyala adalah hal yang tersulit”.
KITA semua terlahir sebagai Sang Juara sekaligus Petarung kehidupan yang nyata. Kehadiran kita di bumi tidaklah hanya sekedar hadir tapi ada ‘alasan’ yang lebih penting dari itu semua, kita semua adalah pemimpin. Bila menengok sebentar ke belakang, maka kita akan tertegun menyaksikan kenyataan bahwa kehidupan orang-orang dahulu telah banyak menuliskan sejarah dengan tinta darah dan…
SEJAK dirilisnya buku pertama saya “Sang Koki Listrik” pada november tahun lalu, ide untuk melanjutkan ceritanya sudah tertanam dalam kepala saya. Meski saya sempat melakukan penundaan beberapa bulan disebabkan kesibukan kerja dan kuliah tetapi naskah Dwilogi Novel Sang Koki Listrik tetap saya garap dengan tekun. Pada novel kedua ini saya akan memberi warna berbeda dibandingkan…
SEUMUR HIDUP hanya dua kali saya merelakan rambut dicukur oleh orang lain selain bapak. Hal itu saya lakukan karena saya sudah tidak merasa nyaman dengan rambut panjang. Sepuluh bulan tinggal di Cina saya hanya mencukur rambut dua kali saja. Mungkin terdengar sedikit berlebihan tapi inilah adanya. Pada tahun ini, saya tercatat sudah mencukur rambut sebanyak…
SATU BULAN waktu yang saya butuhkan untuk membaca novel Rembulan Tenggelam Di Wajahmu karya Darwis atau yang biasa dikenal Tere-Liye. Sebuah nama pena yang tak asing lagi sebagian orang. Pada awalnya, saya mengira novel ini tak jauh berbeda dengan novel kehidupan lainnya, yang kadang membuat saya bosan. Ternyata saya salah. Setelah mendapat saran dari teman…
SEJAK duduk di bangku sekolah dasar hingga tamat sekolah tingkat SLTA, saya terbiasa menulis dengan tulisan tangan. Baik itu menggunakan pensil, pena ataupun menulis di papan tulis dengan menggunakan kapur tulis atau spidol. Kita semua terbiasa menulis dengan karakter penulisan kita sendiri. Di sekolah saya dulu, wali kelas akan menunjuk salah seorang siswa/siswi yang memiliki…