Air Terjun Dan Seekor Capung Yang Hinggap di Tangan

JALAN- jalan lebaran beberapa waktu lalu, saya dan teman- teman menyempatkan diri untuk berkunjung ke salah satu tempat wisata air terjun yang terletak di desa Pulau Pinang, berjarak 17 km dari kota Lahat. Sebetulnya ini bukan pertama kali saya kesini, sebelumnya sudah pernah kesini pada tahun 2011 bersama seorang sahabat (Ia juga yang pertama kali mengenalkan tempat ini kepada saya). Karena beberapa sahabat saya belum pernah kesini dan jaraknya yang dekat dari rumah, jadi saya ajak mereka untuk jalan- jalan kesini.

"Airterjun yang berada di desa Pulang Pinang"
“Airterjun yang berada di desa Pulang Pinang”

Untuk mengunjungi tempat ini tidaklah sulit. Dari kota Lahat kita ambil jalan menuju kota Pagar Alam. Jarak tempuh kurang lebih 20 menit. Berada di dekat sebuah area sekolah dan perkampungan warga di desa Pulang Pinang. Kami memarkirkan kendaraan di rumah warga, dari rumah warga tersebut perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati jembatan gantung yang menjadi penghubung untuk menyebrangi sungai Lematang. Setelah menyeberangi sungai Lematang melalui jembatan gantung. Kami berjalan meniti kebun karet milik warga, jalannya cukup terjal dan landai. Di sebelah kanan nampak sungai Lematang, sementara di sebelah kiri penuh pepohonan karet dan bambu.

"Pepohonan di musim kemarau, menggugurkan daunnya"
“Pepohonan di musim kemarau, menggugurkan daunnya”

Perjalanan ditempuh kurang lebih 20 menit. Hingga tibalah kami di sebuah air terjun. Disana terlihat beberapa wisatawan lokal sedang asyik menikmati deburan air terjun yang jatuh. Masuknya musim kemarau pada akhir bulan Juli ini menyebabkan debit air terjun sedikit, sehingga derasnya air tak sederas pada waktu musim hujan. Tak ingin hanya menikmati pemandangan air terjun dari bawah, kami memutuskan untuk naik ke atas air terjun tersebut. Kami berempat mulai mendaki tebing dinding tanah yang curam, aksi ini sebetulnya bisa dibilang nekat, sebab tanpa alat pengaman apapun (tidak patut untuk ditiru). Kami hanya mengandalkan akar pepohonan yang menggelayut di dinding tanah sebagai pegangan. Tinggi tebing tersebut berkisar 20 meter dengan kemiringan sudut hampir 90 derajat. Cukup mendebarkan. Dengan penuh kehati- hatian akhirnya kami tiba di puncak dengan selamat. Dari atas air terjun, kami bisa menyaksikan pemandangan yang cukup menarik. Air yang jatuh, langit biru, dan pepohonan yang menjulang ke langit. Ini adalah wisata bermain air yang cukup menyenangkan bagi saya, setidaknya menjadi pilihan bagi mereka yang ingin berwisata dengan waktu libur sedikit.

Pada area air terjun ini terdapat banyak spesies capung yang berwarna hitam, dengan sayap berwarna ungu. Capung- capung ini menarik perhatian saya. Sebetulnya kehadiran mereka sudah ada di tempat ini, hanya saja saya baru menyadari mereka ketika secara tak sengaja selonjor kaki di dalam air.

Yang menarik dari capung ini ketika tangan saya dekatkan kepada capung tersebut. Ajaib! Capung itu hinggap di tangan saya. Jinak sekali. Ini adalah momen yang amat menarik ketika saya bisa melihat capung itu dari dekat dengan mata saya sendiri. Subhanallah!

Melihat hal tersebut, Danu, Jemmy dan Doddy juga melakukan hal yang sama. Namun gagal, lalu saya menyarankan kepada mereka agar membasahi tangan terlebih dahulu dengan air terjun di sekitar tempat capung itu berada (entah darimana ide untuk membasahi tangan ini datang, namun hal ini berhasil). Sekali lagi. Ajaib. Capung itu hinggap ke tangan mereka. Keren bukan? Jika ada waktu saya ingin sekali lagi kesana, bermain bersama capung.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: