Batang Usia yang Tak Lagi Tinggi

BERBICARA usia maka hari ini adalah ulang tahun saya yang kedua puluh tiga tahun. Sebelum itu saya ucapkan terima kasih kepada teman- teman yang telah mengucapkan selamat kepada saya secara langsung atau melalui pesan singkat atas semua doa ataupun kado, semoga kebaikan juga dilimpahkan kepada kalian. Aamiin.

Hari ini juga, seharusnya saya masuk kerja shift sore pertama, kembali bertugas meracik ramuan bumbu rahasia untuk menyalakan sebuah dapur listrik berkapasitas 2×150 MW itu. Namun rasanya tak pantas membicarakan perihal pekerjaan di hari (yang menurut saya) spesial ini. Dan saya memutuskan untuk di rumah saja, menikmati libur yang saya buat dengan bertukar shift. Cukup menyenangkan untuk sedikit lebih lama berkumpul di rumah bersama orangtua dan saudara.

Beberapa waktu lalu saya sempatkan untuk membaca lagi tentang penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al-Fatih II pada tahun 1453 M. Saya tak bosan untuk belajar banyak hal dari sikap Pemimpin terbaik yang menjadi jawaban atas bisyarah Rasulullah SAW. Muhammad Al-Fatih II berhasil menaklukkan kota Konstantinopel itu pada usia yang terbilang muda, dua puluh satu tahun. Usia yang bahkan saya pun belum bisa membuat suatu perubahan besar dalam diri, apalagi untuk menaklukkan sebuah kota terbesar dengan kemampuan perang terhebat pada zaman itu.

Mungkin perbandingan ini terlalu besar, namun setidaknya orang- orang zaman dahulu memiliki sesuatu yang jarang dimiliki oleh orang zaman sekarang. Keyakinan kuat dan kemampuan untuk melihat lebih ke dalam diri mampu mematahkan semua ketidakmungkinan yang ada di depan. Melihat lebih sekadar apa yang bisa dilihat oleh mata. Sungguh, dua hal inilah yang dapat membuat kepribadian seseorang menjadi kokoh, berdiri tegar menghadapi hidup, menghadapi tantangan zaman yang makin sulit. Keyakinan yang dimiliki adalah meyakini sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang ada di bumi diciptakan dengan tujuan, dan tujuan penciptaan manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi dan beribadah kepada-Nya. Melihat lebih ke dalam diri adalah sebuah bentuk muhasabah atau introspeksi diri atas setiap hal yang pernah kita lakukan, lalu mulai memperbaikinya di masa depan. Renungkan sejenak apa saja yang telah kita lakukan di masa lalu? Kesalahan, perbuatan dosa yang hanya selalu berakhir dengan sebuah penyesalan. Alangkah ruginya jika kita hanya melakukan kesalahan yang sama setiap harinya? Tanpa mengambil jeda untuk berpikir, apalagi untuk memperbaikinya.

Maka marilah kita bersama- sama memperbaiki diri untuk kehidupan yang lebih baik, demi kemajuan umat dan negara. Menyadari bahwa waktu yang berputar tak akan pernah bisa kembali, jatah hidup di bumi akan terus berkurang. Alangkah baiknya jika kita sebagai generasi muda mulai menggiatkan belajar dan terus menghasilkan banyak karya demi kemajuan agama dan bangsa. Adalah hal yang tak mustahil suatu hari nanti nama kita tertulis dalam sejarah sebagai manusia yang dikenang karena kebaikan dan karyanya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: