Cerita Horor di Tempat Kerja

BERANJAK dari tempat tidur tengah malam untuk bekerja adalah sebuah pertarungan sengit yang saya lakukan. Saya harus berkelahi dengan diri sendiri, mendobrak kemalasan dan rasa kantuk yang tinggi. Biasanya saya langsung membuang selimut dan melangkah pelan ke kamar mandi, mencuci muka, gosok gigi dan mengenakan seragam. Lalu bergegas berangkat ke Ruang Kendali. Namun entah kenapa, pada suatu malam saya iseng menyalakan TV . Tepat ketika TV dinyalakan sosok Sundel Bolong yang diperankan oleh Suzanna sedang melotot kepada saya. Wajah pucat dengan lingkaran hitam pada matanya membuat saya ngeri. Sundel Bolong itu terbang sambil mengeluarkan suara khasnya. Saya buru- buru menekan tombol remote, mengganti channel. Di channel lain seorang wanita berteriak ketakutan sebab melihat sebuah kursi bergerak sendiri. Tayangan yang menyiarkan kehidupan dunia lain tersebut disiarkan secara langsung. Demi melihat acara tersebut saya langsung mematikan TV. “Tak seharusnya saya menyalakan TV malam ini”. Waktu menunjukkan pukul 00:25 WIB dan saya baru sadar malam ini adalah malam jum’at.

Berbicara tentang hantu, saya ingat cerita Mario Teguh di salah satu stasiun TV swasta. Waktu itu beliau bercerita tentang seorang anak kecil yang baru belajar mengaji. Setiap malam setelah selesai mengaji ia pulang ke rumah melewati tempat yang angker, konon katanya di tempat itu hantu sering menampakkan diri. Pada suatu malam ketika pulang mengaji, apa yang ia takutkan akhirnya terjadi. Sosok hantu berambut panjang dengan pakaian serba putih menampakkan dirinya tepat ketika anak kecil itu melintas di tempat yang angker. Anak itu ketakutan, karena ia tak banyak hapal doa- doa maka ia pun berdoa dengan doa yang baru saja ia hapalkan. “Allahumma baarik lanaa fiimarazaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar”. Hantu itu berlari terbirit- birit meninggalkan anak kecil tersebut. “Seumur- umur baru kali ini gue mau dimakan oleh anak kecil” ucap Si hantu. Itu adalah doa yang biasa kita ucapkan sebelum makan. Akhirnya anak kecil itu tak lagi diganggu oleh hantu. Anekdot tersebut berhasil menghibur banyak penonton waktu itu, termasuk saya.

Saya memercayaai adanya kehidupan lain di luar sana, sebuah kehidupan yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang. Dan benar- benar ada. Fenomena kesurupan, suara aneh dan penampakan lainnya membuktikan bahwa kehidupan manusia amat dekat dengan kehidupan alam gaib.

Tempat kerja saya (dulunya adalah hutan liar) merupakan tempat bersarangnya para penghuni alam gaib. Meski hingga hari ini saya belum pernah melihat penampakkan tersebut (saya tidak mau dan berharap semoga tidak bertemu dengan hal- hal berbau mistis ini), namun beberapa rekan kerja saya pernah melihat penampakkan makhluk itu secara langsung.

Pernah suatu hari, ketika salah satu Chief Operator kami (sebut saya namanya Y) sedang melakukan pengecekan peralatan (waktu itu ia masih menjabat sebagai Petugas Lapangan). Di Ruang Air Compressor ia bertemu dengan seorang lelaki tua dengan pakaian compang- camping, tanpa mengenakan helm kerja apalagi seragam. Si Y mencoba menegur lelaki tua tersebut perihal kenapa ia bisa disini, namun lelaki tua itu diam saja. Ketika Si Y menoleh lagi ke arah lelaki tua itu. Sosok itu menghilang entah kemana, tenggelam diantara bising mesin dan deru angin malam. Hanya ada Si Y saja disana. Kemana perginya lelaki tua?

Cerita lain datang dari Si I, ketika itu ia membawa istri dan anaknya untuk menginap di asrama. Selang beberapa waktu, anak lelaki kerap menangis tanpa sebab. Dan hal itu sering terjadi. Maka Si I pergi ke tempat ‘orang pintar’, katanya anak lelakinya telah diikuti oleh jin penunggu asrama yang biasa nongkrong di tangga lantai dua. Dan masih banyak cerita- cerita horor lainnya.

Horor tak selalu harus berbau mistis atau yang berkaitan dengan makhluk gaib. Horor bisa terjadi dalam adegan film pembunuhan, Scream misalnya. Atau juga saat saya lupa dan tak bisa menjawab pertanyaan dari Senior saat tes wawancara promosi kerja. Setiap orang memiliki perspektif tersendiri dalam memaknai kata ‘horor’. Beberapa orang yang memiliki kekhawatiran berlebih atau paranoid juga bisa mengartikan ketinggian, gelap, air, kecoa atau bahkan tikus adalah hal yang horor. Horor selalu berkaitan dengan rasa takut dalam dirinya. Ketika seseorang bisa mengendalikan rasa takutnya, secara tak langsung ia telah menghilangkan makna horor tersebut. Penting bagi kita untuk mengenali rasa takut dalam diri, agar rasa takut dan kecemasan tersebut tidak berlebihan.

Terlepas dari semua cerita tentang hantu, horor dan rasa takut, dimanapun akan selalu kita temui tempat angker dan berpenghuni tersebut. Maka hal yang patut kita ubah adalah diri kita sendiri, cara pandang kita. Rasa takut itu datangnya dari kita sendiri, maka kita jugalah yang bisa menaklukkannya, bukan orang lain.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: