Filosofi Kepala Ikan

BAPAK dan Ayah (Mertua) saya punya kebiasaan yang sama, sama- sama suka makan kepala ikan. Setiap kali ada kesempatan makan gulai ikan, bapak dengan sendiri memilih kepala ikan. Beliau akan makan semua daging di kepala ikan hingga hanya tulang yang tersisa. Jika ikan itu adalah ikan goreng maka tidak hanya daging tapi juga tulang yang renyah itu juga dilahapnya sampai habis. Ikan sungai seperti: mujair, baung, gabus kerap menjadi makanan favoritnya. Saat jalan- jalan bersama mertua ke kota Palembang beberapa bulan lalu, kami menyempatkan menyicipi olahan renyah ikan gurame goreng di sebuah restoran makan yang cukup terkenal. Kami menunggu hampir setengah jam, waktu yang cukup lama bagi kami yang sudah kelaparan. Maklum saja, banyaknya pengunjung yang berdatangan membuat kami harus bersabar agar bisa menikmati makanan disana. Di meja makan, kami menghabisi hidangan itu berempat. Ayah memilih bagian kepala ikan dan memakannya dengan lahap. Sedangkan kami bertiga (saya, Iin dan Ibu) menikmati bagian yang lain. Saya akui bagian kepala ikan memang enak, tapi dagingnya sedikit jika dibandingkan dengan bagian badan atau ekor. Kadang saya bertanya-tanya kenapa bapak dan ayah begitu menyukai bagian kepala ikan tersebut? Hingga pada suatu hari saya mendapat penjelasan.

Malam itu di ruang makan, saya dan Iin sedang menikmati menu ikan seluang (sejenis ikan sungai yang berukuran kecil) goreng yang dicampur dengan sambal. Saat menikmati santapan tersebut istri saya bertanya mengapa saya tidak memakan bagian kepalanya? Saya menggeleng, saya hanya tidak mau memakannya. Iin bercerita, saat ia masih duduk di bangku sekolah ayah bilang makanlah kepala ikan supaya besar nanti bisa menjadi pemimpin besar. Sejak itu Iin juga menyukai kepala ikan. Katanya orang yang suka makan kepala ikan adalah orang yang memiliki jiwa pemimpin, berpikiran maju, dan selalu ingin terdepan. Orang yang suka makan kepala ikan begitu menikmati daging yang di bagian kepala hingga ke dalam sela-sela tulang, dan itu membutuhkan perjuangan. Insang, tengkorak ikan, otak adalah beberapa bagian yang menjadi puncak kelezatan kepala ikan.

Apalagi jika ikan tersebut dimasak goreng, gurih dan disajikan saat hangat. Rasanya kepala ikan tersebut enak sekali (saya juga pernah makan kepala ikan dan itu hanya sesekali). Wajar jika sebagian orang mengatakan bahwa orang yang suka makan kepala ikan adalah orang yang tak mudah menyerah dalam menghadapi masalah.

Saya manggut-manggut mendengar penjelasannya. Jika disuruh memilih, saya tetap akan mengambil badan atau ekor ikan. Sebab bagian itu yang paling banyak dagingnya, hehee.. Jika filosofi ikan mengatakan bahwa orang yang makan kepala ikan adalah tipe seorang pemimpin. Maka, apakah orang yang suka makan badan ikan atau ekor adalah tipe orang yang lebih menyukai zona nyaman dan pengikut? Saya tidak tahu, apakah itu benar atau tidak. Atau memang semudah itu menebak kepribadian seseorang? Terlepas dari apakah seseorang itu suka makan kepala ikan atau tidak, berjiwa pemimpin atau tidak, setidaknya setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: