Januari Jerami: Antologi Sajak

BERMULA pada blogwalking yang sering saya lakukan hingga membawa browser saya pada halaman blog Januari Jerami. Saya tersesat disana. Pemiliknya bernama Asmi Norma Wijaya. Setelah hampir menunggu dua minggu, maka pada tiga hari yang lalu, sebuah buku antologi sajak ‘Januari Jerami’ yang diadopsi dari blog miliknya tiba di rumah saya.

Ada 74 puisi dalam buku tersebut. Beberapa diantaranya sudah pernah saya baca di-blognya. Membaca puisi ini ibarat cermin bagi saya bahwa banyak hal yang mesti saya pelajari agar bisa menulis puisi lebih baik lagi. Ada beberapa puisi yang menjadi favorit saya:

Aku Ingin Meminum Kopi dengan Sederhana

Hari ini aku minum lima cangkir kopi
Aku tak sedih,
Sungguh aku sedang tak sedih
Hanya saja aku juga tak mampu
mengerti dimana rasa pahit itu
Dari ampas hitam yang berbentuk seperti buih
di dasar gelas
Atau air mataku yang selalu perih
ketika mengingat engkau

Dari lima cangkir kopi,
Satu cangkir kopi terakhir rasanya tak getir
tetapi asin bukan main
Ternyata airmataku meleleh
mengaduk rasanya
memanipulasi muasalnya

Namun aku tak sedih
Sungguh aku sedang tak sedih
Aku hanya sedang menunggu
waktu dimana aku akan
menyanyikan sajak di cangkir kopimu

: Aku ingin meminum kopi dengan sederhana
Seperti cangkir kepada kopi
yang menjadikannya puisi
Seperti engkau kepada aku
yang menjadikan rindu

2012

Kapal Nuh di atas Gunung Judi

Aku berlindung dari godaan dunia
dan segala isinya
Dengan menyebut nama Engkau yang
Maha Dicinta lagi Maha Pemberi Cinta

Sesekali ajarkan tubuhku untuk mengimani Engkau
Dan mengamini kitabMu, seperti Nuh

Seperti kapal Nuh, yang dibangun atas
Puingpuing ketabahan, atas rasa percaya
Bahwa sesuatu yang bernama azab itu
Akan menggelembung dalam perutperut
Yang naif, dan Bah yang bergelombang itu
Akan menenggelamkan. Dan hari yang pedih?
Sesungguhnya tiaptiap nyawa patut khawatir

Ketika Qan’an berpaling menyelimuti dirinya
Dengan kain kesombongan yang amat tebal
Namun Nuh tak sesekali meninggalkan- –
Sesungguhnya Nuh tak pernah meninggalkan
Begitu pula pada Sam, begitu pula Ham dan Jafis

Dari ketinggian gunung Judi ini,
kau mengenang Qan’an
sebagai kecemasan dan doa terusmenerus
berangkat dari mulutnya yang haus

Dahaga yang kau baringkan dalam kenangan
Adalah sesuatu yang bukan keluargamu, wahai Nuh!
Dan Tuhan berkata sebagai hakim dengan keadilan
-yang tiada bandingan-

Kapalmu selamat di Armenia
perbatasan Mesopotamia
Yang diciptakan dengan amat lembut
Dan salamsalam akan disampaikan
Bersama pengikut Nuh yang setia

MahaBenar Ia yang benar janjiNya
Segala puji bagi Tuhan pemilik semesta

2012

Januari Jerami

Namaku Januari,

Itu nama pemberian nenekku. Kelak agar aku bisa
menjadi awal bagi sesuatu yang baru.

Namaku Januari, sebab aku lahir di bulan Dewa Janur,
yang bermuka dua, bukan, bukan artinya agar aku
menjadi naif.

Namun agar selalu belajar dari kesalahan masa lalu
Dan menatap masa depan dengan bahagia.

Hidup yang kulewati adalah nasib yang tak terduga,
Takdir yang tak terduga, seperti saat kau mencoba
berbaring di tumpukan jerami. Menatap hamparan
kehidupan di langit dan menggapainya dengan jari
jemarimu yang begitu kecil.

Ada banyak luka namun kau patut mengerti itu semua
Menuntunmu untuk lebih dewasa.

Sejak dulu, aku tahu Tuhan tak pernah meninggalkanku,
sebagaimana aku yang tak pernah meninggalkan hidupku
yang terlampau puitis ini.

Aku mengerti, terkadang, menyerah memang
menyenangkan.
Tapi aku lebih mengerti lagi bahwa yang paling
menyenangkan adalah berjuang.

Namaku Januari, aku lahir pada bulan yang sama dengan
namaku-yang telah mempertemukanku pada begitu banyak kata di tumpukan nasib yang ber-jerami.

2012

***

Bagi saya menikmati puisi dengan membacanya langsung di buku memiliki kesan yang berbeda dibandingkan dengan membaca di-blog miliknya. Penulis mampu menerjemahkan banyak suasana yang sering kita temui menjadi kata yang runut dan enak dibaca, seperti yang terdapat pada puisi “Seorang Ayah yang Ditinggal Mati Anaknya”, “Sebelas Keping Perjalanan”, “Selamat Pagi”, “Selamat Siang”, “Selamat Malam”, “Sepatu”. Dan masih banyak puisi-puisi lain di dalamnya.

Membaca puisi-puisi bisa membunuh kesepian dan menyenangkan. Nah, bagi teman-teman selamat berkarya, selamat membaca.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: