Kita Adalah Bintang

APAKAH kalian pernah membayangkan betapa indahnya menikmati jutaan bintang di langit? Atau sekadar duduk di atap rumah lalu dengan santai menikmati pemandangan kerlap- kerlip kota? Saya pernah membayangkan hal tersebut. HIngga pada suatu hari, saya memutuskan untuk berbaring di atas rumput lalu meletakkan kedua tangan di bawah kepala sambil menikmati indahnya bintang di langit malam, ya, mirip seperti cerita di TV. Namun setelah itu berbaring di atas rumput itu badan saya gatal- gatal. Barangkali hal tersebut terlihat indah hanya di televisi saja. Ada baiknya saya menggelar sebuah alas seperti tikar agar badan tak gatal.

Di kota- kota besar seperti Palembang atau Jakarta dengan banyak cahaya lampu sulit untuk menikmati keindahan bintang. Sebab cahaya di permukaan bumi pada malam hari kadang kalah terang dibandingkan dengan diatas sana. Maka, ketika berangkat ke tempat kerja (saat shift kerja malam) saya suka mendongakkan kepala ke atas langit, sekadar ingin menikmati keajaiban alam yang sering terlewatkan ini. Sebab di hutan (di tempat saya bekerja) minim cahaya lampu.

Konon, ledakan pertama di angkasa yang disebut Big Bang adalah pemicu terbentuknya bintang. Ternyata unsur yang terdapat pada bintang adalah Hidrogen dan Helium. Berdasarkan proporsi berat manusia, hidrogen adalah unsur terberat ketiga (10 %) setelah Oksigen (65 %) dan Karbon (15 %). Bisa dikatakan bahwa bintang adalah bagian dari tubuh manusia. Bayangkan betapa banyaknya bintang dalam tubuh kita. Di pelajaran Kimia saat SLTA, saya ingat pada tabel unsur, Hidrogen terletak pada sebelah kiri paling atas (Meskipun dulu duduk di bangku SMK, Kimia adalah salah satu pelajaran favorit saya, mungkin juga karena Gurunya cantik, hahaa..)

Dengan menyadari bahwa bintang terbuat dari unsur Hidrogen yang juga sama dengan manusia. Maka tak mustahil bagi kita untuk menjadi ‘bintang’. Kita semua punya impian bukan? Bukankah saat kecil kita ingin sekali menjadi Astronot, Dokter, Tentara, Polisi, Penyanyi dan sebagainya? (Hingga catatan ini ditulis, tak ada anak kecil yang bermimpi untuk menjadi Koki Listrik). Impian- impian masa kecil itu masih tetap bisa kita wujudkan sepanjang kita mengusahakan yang terbaik.

Jika malam hari tak mendung, tanpa awan. Maka cobalah sesekali keluar kamar, duduk di teras lalu menikmati gugusan bintang di langit sana. Memberikan sejenak waktu untuk menatap cakrawala sambil merenungkan penciptaan semesta akan membuat kita takjub akan kebesaran Sang Pencipta. Lalu ucapkan dalam hati, semoga atas ijin-Nya kita mampu menggapai impian- impan yang masih menggantung bersama bintang disana. Semoga.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: