Legenda Pulau Kemaro

BEBERAPA hari lalu saya memutuskan untuk ke kota Palembang, mengunjungi teman- teman disana. Di musim penghujan seperti ini saya sengaja meninggalkan motor kesayangan saya lalu memilih untuk naik mobil travel. Sebetulnya saya tak punya ide untuk mengunjungi tempat wisata disana namun akhirnya Pulau Kemaro menjadi tempat wisata saya akhir tahun ini. Sebab tempat itulah yang belum dikunjungi.

Pulau Kemaro adalah sebuah delta kecil di sungai Musi yang jaraknya kurang lebih enam kilometer dari Jembatan Ampera. Kemaro adalah Kemarau dalam bahasa Indonesia. Penamaan ini diambil karena Pulau ini tak pernah tergenang air meski volume air sungai Musi sedang tinggi. Kami berempat menumpang sebuah perahu ketek yang biasa menunggu penumpang di pinggiran Benteng Kuto Besak (BKB). Dari sana perjalanan kami ke Pulau Kemaro dimulai. Perjalanan kami kali ini terasa ada yang kurang, sebab Danu tak bisa ikut bersama kami. Meski demikian perjalanan tetap kami lanjutkan.

Pulau Kemaro ini terletak di kawasan industri, yakni PT. Pupuk Sriwidjaya dan PERTAMINA Plaju yang membuat kami banyak menyaksikan kapal- kapal besar yang mengangkut muatan. Perjalanan memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit dengan perahu ketek atau kalian juga bisa memilih Sepit untuk lebih cepat tiba.

Ada sebuah legenda tentang Pulau Kemaro yang terkenal hingga saat ini. Dahulu kala pada zaman kerajaan Palembang, seorang putri Raja (Siti Fatimah) disunting oleh saudagar kaya- raya dari Tionghoa (Tan Bun An). Setelah menikah, diajaklah Siti Fatimah ke daratan Cina untuk bertemu dengan orang tua Tan Bun An. Mereka dihadiahi beberapa guci. Dalam perjalanan pulang di perairan sungai musi, Tan Bun An ingin melihat isi hadiah tersebut akan tetapi Tan Bun An sangat terkejut ketika mengetahui guci tersebut hanya berisi sayuran sawi yang sudah membusuk. Tan Bun An kecewa dan malu apabila hadiah tersebut diketahui oleh Mertuanya. Maka dibuanglah semua guci itu ke sungai musi. Saat hendak melempar guci terakhir, kaki Tan Bun An tersandung. Guci itu pecah diatas lantai kapal, terkejutlah ia bahwa di dalam sayuran tersebut tersimpan banyak emas. Maka dengan perasaan menyesal dan kecewa, Tan Bun An melompat ke dalam sungai untuk mencari guci- guci tadi. Seorang Pengawal yang melihat kejadian tersebut juga ikut membantu. Ternyata kedua orang tersebut tak kunjung muncul. Dengan perasaan cemas maka Siti Fatimah juga memutuskan untuk menyelam mencari kekasihnya. Sebelum melompat ke sungai Siti Fatimah berpesan pada orang- orang yang berada diatas kapal.

“Jika ada tumpukan tanah di tepian sungai ini, maka itu adalah kuburan saya”.

Pada akhirnya mereka bertiga tak pernah muncul ke permukaan. Beberapa hari setelah peristiwa tersebut muncullah tumpukan tanah di tepian sungai Musi, lama- kelamaan semakin membesar menjadi sebuah pulau kecil.

Legenda yang mengharukan tentang kisah cinta anak manusia yang berbeda budaya. Untuk mengenang kisah cinta mereka maka dibangunlah sebuah Pagoda berlantai sembilan di Pulau Kemaro dan sebuah Klenteng yang sudah dulu ada sebelumnya. Setelah puas berjalan- jalan dan menikmati pemandangan di Pulau Kemaro maka kami pulang ke tempat masing- masing.

Liburan kali ini cepat sekali berakhir, saya harus kembali pada kesibukan bekerja lagi. Desember akan berakhir dalam beberapa hari dan Pulau Kemaro layak dijadikan salah satu tempat tujuan wisata akhir tahun Anda.

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: