Memilih Bekerja Shift atau Non-Shift?

PERTENGAHAN tahun 2010 saya mulai bekerja dengan pola shift. Sejak itu pula kehidupan saya berubah seratus delapan puluh derajat. Sebelumnya pada akhir tahun 2009 juga pernah bekerja dengan pola shift, tak lama, hanya sebulan saat masih berstatus OJT (On the Job Training). Itu dilakukan sebagai langkah pemanasan awal sebelum masuk ke dunia kerja shift sebenarnya.

Semakin berkembangnya teknologi, maka semakin banyak pula Perusahaan tumbuh yang membutuhkan tenaga kerja yang cukup dan handal. Selain itu berbagai jenis industri yang muncul, baik itu industri tekstil, sandang-pangan, keuangan, gas, minyak, batubara dan lain- lain menyebabkan jadwal kerja bagi tenaga kerjanya bermacam- macam. Kita ambil contoh misalnya, seseorang yang bekerja di Bank tentu memiliki jadwal kerja yang berbeda dengan mereka yang bekerja di tambang minyak lepas pantai, begitu juga yang terjadi pada Guru dan Dokter. Masing- masing memiliki jam kerja yang berbeda. Mereka yang bekerja di Bank, tentu bisa menghabiskan akhir pekan bersama keluarga di rumah, namun hal ini tidak berlaku kepada mereka yang bekerja di tambang minyak lepas pantai yang harus menetap disana berbulan- bulan lamanya, mengikuti pola kerja shift, jauh dari keluarga, libur yang sedikit, namun saat giliran jatah libur tiba mereka bisa berbulan- bulan pula tinggal di rumah, berkumpul bersama keluarga. Hal ini juga terjadi pada Guru. Seperti yang kita ketahui bahwa jadwal kerja Guru dari pagi hingga sore, setiap hari kecuali minggu dan hari libur nasional. Namun pada Dokter yang bekerja di dunia kesehatan, Rumah Sakit misalnya. Ia tetap harus siaga meski tak ada pasien, ia masih harus masuk malam jika ada pasien yang membutuhkan. Liburnya pun tak menentu.

Dari sekian banyak contoh pekerjaan diatas, kita bisa membedakannya menjadi dua. Yakni bekerja dengan pola kerja shift dan non-shift.

Ditinjau dari sisi kesehatan, tentu saja bekerja dengan pola non-shift jauh lebih sehat daripada mereka yang bekerja shift. Pola hidup yang tak teratur, yang menjadikan malam sebagai waktu bekerja, dan tidur disaat semua orang bekerja adalah hal aneh. Namun semakin kesini, kita akhirnya menyadari bahwa semua itu terjadi karena adanya kebutuhan antara Pemilik Perusahaan dan Konsumennya. Listrik misalnya, energi yang kita gunakan terus menerus itu adalah energi yang amat vital bagi kehidupan masyarakat. Hidup kita seolah tak bisa lepas dari listrik ini, mulai dari kebutuhan rumah tangga, alat perkakas, komunikasi dan lain sebagainya, semua membutuhkan listrik, bukan? Maka itulah mereka yang bekerja di Pembangkit Listrik bekerja dengan pola kerja shift, sebab sifat listrik yang kontinyu.

Di lain hal, penghasilan yang didapat dari bekerja shift memang cukup menggiurkan. Beberapa karyawan kadang malah sengaja mencari- cari waktu lebih untuk kerja lembur demi mengharap upah bulanan lebih. Pendapatan yang mereka pikir ‘tidak sedikit‘ ini cukup setimpal dengan apa yang mereka lakukan. Bekerja di malam hari bukanlah suatu hal yang mudah. Disaat tubuh memasuki jam biologis untuk tidur, para karyawan harus tetap terjaga untuk bekerja. Ironi memang, mengorbankan kesehatan tubuh untuk mendapatkan uang.

Menjalani kehidupan kerja dengan pola shift yang sudah empat tahun ini, berdampak besar dalam kehidupan saya. Mulai dari jam tidur, jam olahraga, kebiasaan, hobi dan waktu berkumpul bersama keluarga/sahabat semua tak lagi sama ketika saat saya masih duduk di bangku sekolah. Meski kadang dalam hati, saya iri sekali kepada mereka yang bisa tidur pulas di malam hari dan bekerja di siang hari. Pernah suatu hari, saya mencari pekerjaan yang cukup layak sebagai ganti pekerjaan sekarang. Namun keadaan, membuat saya tetap bertahan dengan pekerjaan saat ini. Tentu saja, saya ingin sekali menjadi manusia normal yang bisa bekerja di siang hari, beristirahat di malam hari tanpa gangguan alarm hape yang saya pasang tengah malam saat bekerja shift.

Dan pada akhirnya, semua orang yang bekerja shift atau non-shift memiliki alasan masing- masing yang barangkali hanya ia beritahu kepada orang dekat saja. Termasuk saya. Jika tidak, maka keadaaanlah yang membuat seseorang memilih untuk bertahan bekerja dengan salah satu pola tersebut.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: