Belajar Menyetir

Tak ingin rasanya melewatkan hari-hari begitu saja, berlalu tanpa cerita tanpa makna. Menghabiskan 1/3 waktu setiap hari untuk bekerja rasa-rasanya membuat tenaga dan pikiran terkuras tanpa sisa. Maka dari itu mulai minggu ini saya memutuskan untuk mempelajari hal baru, menyetir!

Dua hari yang lalu ketika libur shift kebetulan saya tidak memutuskan untuk pulang ke rumah sebab cuaca yang tak bersahabat. Jadi, saya meminta bantuan teman saya, Irfan. Dia berbaik hati meluangkan waktu untuk mengajari saya menyetir mobil. Mewah sekali rasanya kala pertama kali duduk di bangku setir, memegang kendali, mengganti gigi dengan tangan kiri. Mungkin hal ini agak berlebihan bagi kalian, harap maklum saja ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya! :D

Menyalakan mesin, menginjak kopling, memasukkan gigi, melepas rem tangan lalu perlahan mengulur kopling sembari menekan gas dengan seimbang. Sementara mata menatap ke depan, memperhatikan laju mobil untuk lurus, mengatur laju mobil dengan seimbang. Ketika menemui jalan yang menikung maka saya harus lebih cekatan untuk memutar setir dengan seimbang, menyelaraskan putaran, kecepatan dan sedikit feeling. Was-was dan deg-degan itu pasti ada, tapi saya tetap memberanikan diri untuk menyetir.

Pada beberapa kondisi kadang saya belum paham benar untuk mengatur kopling dan rem. Belum terbiasa mungkin itu jawabannya. Harus giat berlatih lagi. Pekan ini saya masih fokus untuk latihan maju-mundur, pergantian kopling, rem dan setir. Itu saja, nanti bila sudah terbiasa mungkin akan dilanjutkan dengan materi lain.

Saya belum punya mobil tapi itu bukan berarti saya tidak punya kesempatan untuk belajar menyetir. Itulah untungnya punya banyak teman yang sudah punya mobil, ketika ada waktu luang mereka dengan berbaik hati mengajari saya. Mempelajari hal yang baru selalu menyenangkan! :)

-Regards AGUS SETIAWAN.

Aku

Aku ingin menjadi siang, melenyapkan segala kegelapan, menghangatkan setiap jengkal tanah di permukaan. Aku ingin meniup semua debu jalanan, menghapus kegersangan dan kotoran.

Aku ingin melangkah, menapaki hari-hari dan menemukan ribuan pengalaman lalu terjun ke dasar samudera yang dalamnya tak terkira.

Aku mendamba kehidupan yang menggerakkan satu sama lain seperti uap panas yang terbentuk dari pembakaran; terpanggang, memerah, terbakar, menguap, lalu menyebar ke penjuru arah, menggerakkan setiap inchi roda gigi kehidupan.

Aku ingin bertualang, pergi ke tempat yang belum kusinggahi, bertemu orang asing, memandang mentari dari setiap sudut bumi. Aku ingin memanjat tebingan masalah, menaklukkannya dan kubawa pulang ke rumah sebagai cerita. Aku ingin berlari diatas kesedihan, melepaskan segala duka lara.

Aku ingin berteriak sekuatnya, mengeluarkan kata yang tertimbun dalam lubang perasaan.

Aku ingin terbang, meluncur bak roket perang, melanglang buana diatas awan, memandang setiap jengkal kota bersama langit biru. Aku ingin menjadi cahaya dalam gelap, penghapus segala ketakutan dan menjadi dalang bagi kisahku sendiri. Aku ingin hidup! Aku ingin hidup lebih lama lagi!

-Regards AGUS SETIAWAN.

Mari Tersenyum

Tersenyum adalah hal yang paling mudah kita lakukan, tersenyum disaat bahagia, senang ataupun duka. Senyum adalah ibadah. Senyum adalah hal yang menguatkan kita. Senyum dapat membuat orang lain bahagia karenanya. Dan senyum itu mudah sekali untuk dilakukan. Cukup tarik bagian pipi ke atas lalu naikkan bibir, ya kau sudah melakukannya. Senyum. :)

Kesulitan yang kita hadapi, persoalan dan masalah yang datang tak kunjung henti terkadang membuat sebagian kita lupa untuk tersenyum pada diri sendiri. Tersenyumlah, bahkan pada saat dunia tak tersenyum padamu, setidaknya kau masih bisa melihat seseorang yang tersenyum di cermin.

Apa susahnya untuk tersenyum? Tersenyumlah dan berbahagialah.

Duhai, janganlah bersedih hati untuk hal-hal sepele, galau karena hal-hal kecil, resah, banyak pikiran. Ayolah, tetap berpikiran positif. Karena kalaupun kita merasa kita ini tidak penting, tidak diingat orang lagi, tidak diperhatikan, sesungguhnya kita selalu penting dan adalah semesta kehidupan bagi orang tua kita, bagi kakak-adik kita, bagi teman-teman terbaik kita.

Nah, ayo tersenyum, :)

-Regards AGUS SETIAWAN.

Kematian Diambang Pintu

Pada hening malam

bintang tak tampak dan bulan pun enggan muncul

Aku terlelap dalam indah mimpi

Seseorang yang tak kukenal datang menghampiri

Dia mengajakku pergi

Namun kantukku masih tinggi

Kukatakan padanya, “Tunggu sebentar lagi”

Dia tak bergeming, masih berdiri kaku menunggu di balik pintu

“Bergegas pergi, Tuanku sudah menunggu!” Ucapnya.

Lalu kutinggalkan orangtuaku, keluargaku, sahabatku

Kau, dia dan semuanya

Lalu aku melihat gugusan bintang di langit

Bulan pun menampakkan diri, tersenyum padaku

Sementara tanah menelan ragaku, jiwaku melayang jauh

 

-Regards AGUS SETIAWAN.

Cinta dan Rindu

Jika engkau bertanya padaku tentang cinta

Maka tataplah kedua bola mata ibumu

Jika engkau bertanya padaku tentang rindu

Sesungguhnya dia adalah perjalanan yang belum menemukan titik temu.

 

-Regards AGUS SETIAWAN.

Mereka Yang ‘Keras Kepala’

Ini adalah kisah tentang orang-orang keras kepala. Tahukah kau siapakah mereka? Mereka yang keras kepala adalah mereka yang berkendara tanpa pengaman kepala. Mereka yang keras kepala adalah mereka yang mengetik SMS sambil berkendara.

Mereka yang keras kepala adalah yang menganggap nasihat sebagai lelucon belaka. Tidakkah mereka sadar bahwa di simpang jalan mengintai bahaya? Tidakkah mereka tahu bahwa kerasnya aspal tak sebanding dengan kerasnya kepala mereka? Atau mungkin mereka pikir mereka punya sembilan nyawa? Bila nyawa hilang, masih ada gantinya?

Hari ini mereka tertawa karena bisa menyalip kendaraan dengan cepatnya tanpa memperdulikan keselamatan bersama. Hari ini mereka tertawa karena bisa menerobos lampu merah dengan mudahnya. Hari ini dengan congkaknya mereka berkata: “Akulah raja jalanan!”

Tapi bila waktu sudah tiba, kepala bersimbah darah, tulang tangan sudah patah, meregang nyawa dan tak sanggup berkata. Tawa mereka hilang berganti duka. Inilah kisah orang-orang keras kepala yang menganggap nasihat hanyalah lelucon belaka.

Jangankan untuk menyayangi sesama, nyawa sendiri saja dianggap tak berharga. Lalu pertanyaannnya, masihkah kau sayang pada raga? pada keluarga? teman sebaya? Maka berjanjilah untuk selalu berhati-hati saat berkendara. Sebab maut tak kita ketahui kapan datangnya.

-Regards AGUS SETIAWAN.

Siang Hari di Sebuah SD

Suatu ketika di sebuah SD yang berada di kota kecil, ketika sinar mentari bersinar terik dan langit biru memayungi langit sekolah itu. Lonceng berbunyi, pertanda berakhirlah sudah pelajaran hari ini. Murid-murid dari kelas sebelah berlarian keluar kelas, wajah-wajah ceria karena pulang sekolah terbias cerah.

Namun tidak untuk kelas yang satu ini, ketua kelas baru saja memberi komando untuk berdiri. “Semua siap, beri salam!”. Ucap Ketua Kelas.

Mereka berdiri, mengucap salam pada Bu Guru. Salam perpisahan sebelum mengakhiri pelajaran hari ini. Lantas mereka duduk kembali lagi di bangku masing-masing. Ruang kelas hening sesaat. Wajah Bu Guru menatap para muridnya lambat-lambat.

Para murid sudah tahu kalau Sang Guru tidak akan menyuruh para muridnya pulang sebelum duduk rapi di kursi. Wajah para murid menatap ke depan, tangan terlipat diatas meja dengan tas yang sudah disandang. Siap untuk pulang.

“Barisan tengah boleh pulang duluan”. Ucap Bu Guru

Serentak para murid yang duduk di barisan tengah mengambil buku dan tas mereka. Bersiap untuk pulang. “Kami pulang duluan ya!”. Ucap salah satu murid pada temannya yang duduk di barisan ujung sambil melambaikan tangan.

Wajah Bu Guru masih menatap dua barisan yang tersisa. Barisan kanan dan kiri. Matanya melirik kiri dan kanan. Setelah berpikir ulang. Lalu Guru tersebut memilih barisan kanan untuk pulang.

“Barisan kanan boleh pulang”. Ucap Bu Guru sambil menunjuk barisan tersebut.

Dan para murid yang duduk di barisan kanan pun gembira. “Horeee..kami giliran kedua yang pulang”. Ucap mereka pada barisan kiri yang tertinggal.

Kini tinggallah barisan kiri yang tersisa. Murid-murid sudah tak lagi duduk rapi. Barisan duduk mereka sudah tak lurus. Tangan yang seharusnya terlipat diatas meja kini sudah sibuk menata buku dan tas. Sepertinya mereka tak sabar menunggu untuk segera pulang, bahkan satu detik pun sudah terlalu lama.

Semua mata tertuju pada guru tersebut, murid-murid yang tadi sibuk sendiri kini kembali duduk rapi. Kali ini mereka duduk manis sekali. Pandangan penuh harap pada Sang Guru agar diperbolehkan pulang lebih cepat. Lalu guru itu berkata pada murid barisan kiri.

Ia berkata. “Sebetulnya tak ada yang barisan tidak rapi di kelas ini. Semua murid sudah duduk dengan rapi. Kalian tahu kenapa hari ini Bu Guru memilih kalian sebagai barisan terakhir yang pulang?”

Para murid tidak menjawab pertanyaan itu. mereka menggeleng kepala pertanda tidak tahu.

“Saat ini Bu Guru sedang mengajarkan kalian apa itu arti kesabaran. Sikap yang baru saja Ibu ajarkan hari ini. Sebuah sikap mulia untuk rela menghadapi rintangan dengan lapang hati, ikhlas menunggu keputusan Guru mana barisan yang boleh pulang duluan, tabah untuk menunggu hingga jam pulang sekolah tiba‚ Ucapnya sambil tersenyum lebar.

“Baiklah, kalian pasti sudah lapar. Mari kita pulang”. Ucap guru itu mengakhiri.

Para murid tercengang mendengar apa yang baru saja Sang Guru ucapkan. Perasaan mereka antara senang karena diperbolehkan pulang dan tersadar karena mereka baru saja melupakan apa yang mereka pelajari hari ini.

Hari ini setelah pelajaran siang itu semoga masih banyak para Guru yang mendidik lewat sikap. Lewat tutur kata yang lembut nan penuh arti. Lewat keikhlasan mereka untuk mengabdi pada negeri, mendidik dan mencerdaskan anak bangsa dengan setulus hati.

-Regards AGUS SETIAWAN.

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: