Siang Hari di Sebuah SD

Suatu ketika di sebuah SD yang berada di kota kecil, ketika sinar mentari bersinar terik dan langit biru memayungi langit sekolah itu. Lonceng berbunyi, pertanda berakhirlah sudah pelajaran hari ini. Murid-murid dari kelas sebelah berlarian keluar kelas, wajah-wajah ceria karena pulang sekolah terbias cerah.

Namun tidak untuk kelas yang satu ini, ketua kelas baru saja memberi komando untuk berdiri. “Semua siap, beri salam!”. Ucap Ketua Kelas.

Mereka berdiri, mengucap salam pada Bu Guru. Salam perpisahan sebelum mengakhiri pelajaran hari ini. Lantas mereka duduk kembali lagi di bangku masing-masing. Ruang kelas hening sesaat. Wajah Bu Guru menatap para muridnya lambat-lambat.

Para murid sudah tahu kalau Sang Guru tidak akan menyuruh para muridnya pulang sebelum duduk rapi di kursi. Wajah para murid menatap ke depan, tangan terlipat diatas meja dengan tas yang sudah disandang. Siap untuk pulang.

“Barisan tengah boleh pulang duluan”. Ucap Bu Guru

Serentak para murid yang duduk di barisan tengah mengambil buku dan tas mereka. Bersiap untuk pulang. “Kami pulang duluan ya!”. Ucap salah satu murid pada temannya yang duduk di barisan ujung sambil melambaikan tangan.

Wajah Bu Guru masih menatap dua barisan yang tersisa. Barisan kanan dan kiri. Matanya melirik kiri dan kanan. Setelah berpikir ulang. Lalu Guru tersebut memilih barisan kanan untuk pulang.

“Barisan kanan boleh pulang”. Ucap Bu Guru sambil menunjuk barisan tersebut.

Dan para murid yang duduk di barisan kanan pun gembira. “Horeee..kami giliran kedua yang pulang”. Ucap mereka pada barisan kiri yang tertinggal.

Kini tinggallah barisan kiri yang tersisa. Murid-murid sudah tak lagi duduk rapi. Barisan duduk mereka sudah tak lurus. Tangan yang seharusnya terlipat diatas meja kini sudah sibuk menata buku dan tas. Sepertinya mereka tak sabar menunggu untuk segera pulang, bahkan satu detik pun sudah terlalu lama.

Semua mata tertuju pada guru tersebut, murid-murid yang tadi sibuk sendiri kini kembali duduk rapi. Kali ini mereka duduk manis sekali. Pandangan penuh harap pada Sang Guru agar diperbolehkan pulang lebih cepat. Lalu guru itu berkata pada murid barisan kiri.

Ia berkata. “Sebetulnya tak ada yang barisan tidak rapi di kelas ini. Semua murid sudah duduk dengan rapi. Kalian tahu kenapa hari ini Bu Guru memilih kalian sebagai barisan terakhir yang pulang?”

Para murid tidak menjawab pertanyaan itu. mereka menggeleng kepala pertanda tidak tahu.

“Saat ini Bu Guru sedang mengajarkan kalian apa itu arti kesabaran. Sikap yang baru saja Ibu ajarkan hari ini. Sebuah sikap mulia untuk rela menghadapi rintangan dengan lapang hati, ikhlas menunggu keputusan Guru mana barisan yang boleh pulang duluan, tabah untuk menunggu hingga jam pulang sekolah tiba‚ Ucapnya sambil tersenyum lebar.

“Baiklah, kalian pasti sudah lapar. Mari kita pulang”. Ucap guru itu mengakhiri.

Para murid tercengang mendengar apa yang baru saja Sang Guru ucapkan. Perasaan mereka antara senang karena diperbolehkan pulang dan tersadar karena mereka baru saja melupakan apa yang mereka pelajari hari ini.

Hari ini setelah pelajaran siang itu semoga masih banyak para Guru yang mendidik lewat sikap. Lewat tutur kata yang lembut nan penuh arti. Lewat keikhlasan mereka untuk mengabdi pada negeri, mendidik dan mencerdaskan anak bangsa dengan setulus hati.

-Regards AGUS SETIAWAN.

Matahati

Rentetan kata-kata meledak saja dari mulutnya. Entah itu fakta atau sekadar pembelaan atas rasa bersalah. Mata telah buta oleh tembok kekuasaan. Tangan-tangan besi memukul kebenaran. Memporak-porandakan keadilan.

Rakyat jelata bingung bukan kepalang. Tak bisa bedakan mana salahContinue reading →

Foto dan Kenangan

Salah satu hal yang paling saya senangi adalah kamera. Dengan sebuah kamera saya bisa mengiris sebuah momen dan membekukannya. Foto tersebut adalah bukti atas sebuah waktu yang tak berhenti meleleh.

Foto mungkin hanyalah sebuah gambar tak bernyawa, meski di dalamnya tersimpan banyak kata yang hanya bisa terungkap lewat mata. Saya lebih suka membiarkan foto berbicara bila Continue reading →

“Di dunia ini tak semua orang harus jadi Tentara, tak semua orang harus jadi Insinyur dan tak semua orang harus jadi Dokter. Ada yang harus jadi ahli sejarah, ekonomi, astronomi, psikologi bahkan ahli merangkai bunga. Setiap orang memiliki keahlian masing-masing dan itulah yang harus kita kejar. Dan yang paling penting adalah kerjakanlah apa yang menjadi cita-citamu dengan sepenuh hati maka dengan itu kesuksesan akan mengikuti. Jangan pernah berhenti untuk bermimpi, namun ingatlah selalu bahwa kau harus bangun untuk mewujudkan mimpi.” -Novel Sang Koki Listrik.

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: