Sepakbola Ria

SAYA suka bermain sepakbola sejak pertama kali diajak oleh teman sebaya semasa SD dulu. Kami menghabiskan waktu sore bermain bola di lapangan hijau tepat di depan masjid. Disana ada banyak anak tetangga yang bermain, siapa yang bawa bola dialah yang menjadi kiper, tentu saja bertelanjang kaki, berlari kesana-kemari menggiring bola tanpa beban di kepala. Tertawa, bahagia, ceria meski harus terjatuh saat menendang bola. Dan ketika senja menyapa, kami pulang ke rumah dengan membawa tetes keringat masing-masing.

Beberapa tahun kemudian, sepakbola masih menjadi olahraga favorit saya di sekolah hingga tamat sekolah dan saat kini. Meski saya menyukai olahraga ini tapi mohon jangan bandingkan saya dengan pemain bola nasional yang ada, sungguh bahkan setiap kali permainan saya tidak pernah berhasil memasukkan bola ke gawang lawan. Ketika mendapat giliran menjadi kiper pun saya selalu menjadi kiper yang baik hati, pasalnya bola yang ditendang lawan selalu berhasil menerobos pertahanan yang saya buat. Mungkin terlihat konyol. Payah!

Kini, anak-anak tetangga yang dulunya sering bermain sepakbola di lapangan hijau depan masjid sudah menjadi lelaki dewasa, ada yang pergi merantau ke pulang seberang, ada juga yang sudah memiliki anak kecil dan ada juga yang telah pergi dan tak pernah kembali. Saya hanya tersenyum kecil tiap kali melewati lapangan hijau yang dulunya menjadi tempat kami bermain sepakbola. Bayang-bayang anak kecil yang berlarian mengejar bola, tawanya dan saya menyaksikan bayangan saya masih tertinggal disana. Agus kecil yang sangat bahagia ketika menendang bola.

Sore tadi, seperti puluhan hari sebelumnya. Saya dan rekan-rekan kerja bermain sepakbola lagi di lapangan hijau depan asrama namun dengan suasana berbeda, saya sudah mengenakan sepatu bola dan orang-orang yang lebih jago dalam menggiring bola.

“Maukah kau kuberitahu tentang sebuah rahasia kecil?”

“Bahwa hingga saat ini saya belum pernah sama sekali berhasil memasukkan bola ke gawang lawan”.

“Ini rahasia kita berdua saja ya, jangan bilang siapa-siapa!”

-Regards AGUS SETIAWAN.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: