Lampung: Pelesir ke Teluk Kiluan

LIBURAN adalah agenda tahunan wajib bagi saya. Setidaknya liburan bisa menghilangkan stress kerja dan segala kebosanan selama ini, sekaligus penghargaan bagi diri yang telah menghadapi banyak masalah dalam pekerjaan. Baiklah rasanya tak layak membicarakan tentang pekerjaan menjelang agenda liburan saya kali ini.

Saya dan Irsan (keponakan sekaligus rekan kerja) sudah mencari- cari tujuan liburan, mulai dari Thailand, Pulau Komodo, Raja Ampat, Yogyakarta, Belitung, Danau Ranau. Namun pada akhirnya kami memilih Teluk Kiluan yang berada di Kabupaten Tanggamus, Lampung- sebagai tujuan wisata kali ini. Atas ide inilah, beberapa dari rekan kerja tertarik untuk ikut jalan- jalan bersama kami. Kami berenam, memulai perjalanan dengan kereta api jurusan Prabumulih (PBM)- Tanjung Karang (TNK). Jadwal keberangkatan pukul 23:00 WIB, tiba di Tanjung Karang pagi hari pukul 08:30. Kurang lebih 9.5 jam kami menghabiskan waktu di kereta. Satu hal yang membuat saya sangat bersemangat dalam perjalanan kali ini karena mengendarai kereta api. Asal kalian tahu, ini adalah pertama kalinya saya menikmati perjalanan dengan kereta api. Fasilitas yang disediakan dalam setiap kereta cukup membuat Anda nyaman. Bebas asap rokok, full time AC (ada 3 buah AC dalam tiap gerbong), dan ada dua soket listrik pada setiap kursi duduk (ini sangat penting untuk mengisi ulang daya baterai ponsel selama perjalanan). Jadi, waktu berlalu tak terasa lama. Hanya saja perjalanan di kereta malam, lampu terus dinyalakan. Hal ini mungkin sedikit mengganggu bagi mereka yang terbiasa tidur dengan lampu padam. Untuk saya, itu bukanlah masalah, saya punya topi rimba yang bisa dijadikan tutup mata untuk tidur, hehe..

***

Sesampainya di Stasiun Tanjung Karang, kami segera mencari Pak Toni (Driver mobil yang akan mengantar kami menuju Teluk Kiluan). Di stasiun kota besar seperti Tanjung Karang seperti, kalian wajib waspada terhadap barang bawaan dan orang- orang sekitar. Hal ini sah- sah saja mengingat ada banyak orang- orang menawarkan jasa transportasi, mulai dari mobil travel, angkutan umum, hingga yang biasa mengangkut barang dan bercampur baur dengan penumpang. Kami hampir saja kehilangan kontak dengan Pak Toni, padahal sebelumnya kami secara tak sengaja berpapasan dengan beliau. Pencarian berlangsung 15 menit, dan akhirnya kami bertemu juga dengannya. Mobil APV berwarna merah marun bergerak melaju meninggalkan stasiun kota, mobil kami menuju sebuah Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) terdekat. Hal ini kami manfaatkan untuk membeli bekal makan dan minum (sebab di Pulau Kiluan air minum dan makanan terbatas).

Disini, ada cerita unik yang boleh jadi salah satu dari kalian pernah mengalaminya. Begini, saat kami asyik membeli stok makanan dan minuman di Toko, Pak Toni bilang kepada kami untuk mengambil barang belanjaannya yang berada di Pasar Kangkung, beliau bilang tak lama. Kami menggangguk, menyetujui. Namun setelah hampir satu jam berlalu, saya berpikir, “Bagaimana jika Pak Toni tak kembali? Lantas pergi begitu saja membawa semua barang bawaan kami”, “Bukankah kami belum saling kenal?” Dan berbagai keresahan lainnya. Saya sempat menghubungi beliau namun nomor ponselnya bernada sibuk. Ternyata hal itu juga terlintas di pikiran rekan- rekan yang lain. Astaga. Benar juga ya! Tapi saya yakin, bahwa Pak Toni adalah orang baik. Beliau tak mungkin mengecewakan kepercayaan kami. Seandainya keadaan terburuk terjadi, kami tetap akan melanjutkan perjalanan dan menghubungi kantor keamanan terdekat. Kabar baiknya, hal itu hanya terjadi dalam pikiran saja. Pak Toni kembali menjemput kami dengan senyum di wajahnya. Alhamdulillah, puji syukur! Perjalanan kami lanjutkan menuju Teluk Kiluan.

Dari Stasiun Kereta Tanjung Karang ke Teluk Kiluan kurang lebih jaraknya 75 km. Jalur yang kami tempuh adalah jalan pesisir, jadi perjalanan menuju ke arah arah barat sejauh 35 km (melewati Kabupaten Pesawaran) lalu menuju ke arah selatan sejauh 40 km (melewati Kecamatan Padang Cermin). Akses jalan menuju Teluk Kiluan tidaklah mulus, jalannya berlubang, sebagian lagi rusak di lajur kiri (masih tetap bisa dilewati oleh kendaraan roda dua/empat) kami melewati rute ini dengan hati- hati. Waktu tempuh kurang lebih 3 jam. Dalam perjalanan menuju Teluk Kiluan ini, saat mulai memasuki Kecamatan Padang Cermin kalian menyaksikan pemandangan pantai di sisi kiri. Pantai tersebut dikelolah langsung oleh TNI Angkatan Laut yang juga bermarkas di tempat yang sama. Jadi tak heran, jika dalam perjalanan menyaksikan banyak barisan Tentara yang sedang latihan.

***

“Selamat Datang di Teluk Kiluan. Kelumbayan. Kab. Tanggamus”. Sebuah ucapan selamat datang yang tertulis pada gerbang masuk Teluk Kiluan. Nah, dari tempat ini kalian bisa melihat Pulau Kiluan dan pulau lainnya. Jaraknya hanya 2 kilometer lagi. Dan kami sudah tak sabar lagi, ingin segera sampai di Pulau Kiluan. Pulau indah itu sudah di depan mata!

"Gerbang masuk Teluk Kiluan"
“Gerbang masuk Teluk Kiluan”

Tak perlu ke Pulau Bali untuk bertemu dengan orang Bali, di Kabupaten Tanggamus ada sekitar 67 Kepala Keluarga yang berasal dari Bali. Mereka bertransmigrasi dari Bali ke Lampung atas program Pemerintah. Kalian bisa menikmati banyak kerajinan khas Bali seperti ukiran kayu, patung, arca dan sebagainya di tempat ini. Tugas Pak Toni sudah selesai, beliau telah mengantarkan kami tepat di pemberhentian terakhir di pinggir pantai. Pulau Kiluan sudah sejengkal lagi jaraknya! Lalu, perjalanan menuju Pulau Kiluan kami lanjutkan dengan menaiki Jukung (perahu sejenis Kano, yang terbuat dari sepotong kayu utuh). Lima menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai di Pulau Kiluan dari tempat pemberhentian terakhir. Sampailah kami di Pulau Kiluan tersebut. Lelah perjalanan terbayar tuntas oleh pemandangan pantai nan indah. Langit biru, deburan ombak menyapu bibir pantai yang berpasir putih, dengan beraneka ragam kehidupan laut di dalamnya. Angin mendesir, membelai rambut. Kalimat saya sepertinya tak cukup mampu untuk menggambarkan betapa indahnya pemandangan laut di Teluk Kiluan.

***

Kami menyewa sebuah Cottage (pondok kayu) yang disediakan oleh Pengelola Pulau Kiluan, Pak Dirham. Beliau adalah Perintis ekowisata di Pulau Kiluan ini sejak tahun 1995. Cottage yang kami sewa cukup besar, 1 kamar bisa muat 4- 6 orang. Langsung saja, kami bersiap- siap untuk snorkeling. Byuuur, langsung nyebur ke laut. Bermain dengan ombak. Snorkeling di siang hari? So what! Kami tak takut kulit akan hitam, lagipula siapa yang peduli? yang penting happy! Karena ini pengalaman pertama saya ber-snorkeling, beberapa kali secara tak sengaja terminum air laut. Rasanya asin! (Ya iyalah, moso rasanya manis? Hahaa..)

Puas ber-snorkeling, kami bermain pasir pantai, mencari kerang, kepiting dan tentu saja, berfoto ria. Sebuah kapal sedang mencari ikan melewati kami yang sedang bermain, kami membeli 3 ekor ikan untuk acara bakar ikan nanti malam.

***

Di Pulau Kiluan ini tidak ada listrik, jadi penerangan dilakukan dengan membakar obor atau menyalakan lilin. Begitu yang dikatakan Pak Dirham. Hanya saja, seminggu lalu, Pak Dirham sebagai Pengelola Pulau Kiluan membeli sebuah mesin Generator Set (Genset) yang dinyalakan dari pukul 6 sore hingga 6 pagi. Beruntung, kami menginap setelah mesin itu dibeli. Sangat disarankan bagi kalian untuk membawa alat penerangan semacam: senter, lilin dan sebagainya. Oh ya, disini juga minim signal ponsel, saya sarankan untuk membawa 2 SIM berbeda. Selain itu juga minim air tawar, jadi harus hemat air. Untuk mandi pun kami menggunakan air payau. Malam harinya, tiga ikan besar yang sudah dibersihkan dan dibumbui siap untuk dipanggang. Kami mencari kayu dan ranting kering sebagai bahan bakar. Menikmati deburan ombak di malam hari sembari menikmati ikan panggang sungguh momen yang amat spesial. Malam itu langit tanpa awan, jutaan bintang menghias angkasa, bulan setengah di atas kepala. Sungguh indah.

"Ikan Panggang ala Koki Listrik, nyengat rasanya! Hehe"
“Ikan Panggang ala Koki Listrik, nyengat rasanya! Hehe”

Tiga ekor ikan besar kami lahap habis bersama- sama. Malam itu kami lanjutkan dengan bermain kartu remi. Saya sudah 6 tahun tak pernah lagi bermain kartu remi. Teman- teman mengajak saya untuk bermain lagi, challenge accepted! Mulai dari jenis permainan “41”, “Cangkulan” dan satu lagi, tapi saya lupa nama permainannya. Saking asyiknya kami bermain hingga pukul 1 dinihari. Yang membuat asyik dalam permainan ini, adalah peraturan siapa yang kalah harus minum air putih satu tegukan. Tercatat saya menang 7 kali berturut- turut (ini hal yang langka bagi saya), namun pada akhirnya saya kalah juga berkali- kali. Hal ini juga yang membuat saya bolak- balik ke Toilet untuk pipis. Malam telah larut, menyisakan suara ombak yang mencium bibir pantai, juga lampu perahu nelayan. Kami pulang ke kamar masing- masing, mengumpulkan energi untuk agenda esok hari, menyaksikan Lumba- lumba.

bersambung..

3 Comments

  1. @Atko: Pilih jurusan ke Lampung (Tanjung Karang) nanti kalo udah di Tanjung Karang bisa langsung hubungi Pak Dirham (Pengelola Pulau Kiluan, 0813-6991-1340). Lebih baik telpon beliau dahulu sebelum berangkat, sebab tidak ada akses angkutan umum dari Tanjung Karang kesana. Bisa minta bantu Pak Dirham untuk disiapkan Cottage dan Travel agar mudah perjalanan dari Stasiun Tanjung Karang menuju Teluk Kiluan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: