Tentang Cuaca

AWAL SEPTEMBER tahun ini curah hujan masih tinggi. Seperti yang sering terjadi di kotaku. Hujan terus mengguyur, mulai dari rintik-rintik, sedang hingga deras. Membicarakan cuaca adalah obrolan ringan nan bermakna, seperti yang acap kali saya lakukan ketika sedang menelpon keluarga di rumah. Emak, adalah orang yang sering mengabarkan cuaca.

“Disini hujan deras, Nak. Apa kabar kau disana?”

Mungkin, bagi sebagian orang tua, perubahan cuaca memilki arti tersendiri dan hanya orangtua-lah yang paling mengerti tentang perasaan anak-anaknya. Bahkan perasaan pun bisa diwakilkan oleh cuaca.

***

MENDUNG

Gumpalan awan menjadi hitam adalah pertanda bahwa saya harus pergi keluar dan mengangkat jemuran. Mendung menjadi titik acuan saya ketika hendak melakukan perjalanan dengan motor, apakah saya akan membawa jas hujan atau tidak.

Angin adalah teman karibnya mendung. Ia akan menghembus awan-awan hitam hingga tiba di sebuah titik menjadi hujan. Namun, mendung tak berarti hujan. Adakalanya, mendung akan berganti cerah ketika angin menyapunya bersih dari angkasa.

***

HUJAN

Langit yang bersenandung kelabu, menjatuhkan bulir-bulir air, terpercik, membuat sebagian orang berlarian menghindarinya. Basah adalah aroma hujan yang khas, sebagian orang suka sekali menuliskan hujan menjadi puisi, cerita ataupun sekedar menatapnya dari jendela. Hujan adalah keindahan tersendiri bagi mereka yang mengerti.

Hujan juga bisa menjadi jembatan untuk mengenang masa lalu, membuka sepotong cerita dan menikmatinya tanpa sisa. Hujan selalu berhasil mengingatkanku pada seseorang, rinai yang jatuh samarkan jejak-jejak antara aku dan dirinya.

***

CERAH

Langit hanya memantulkan apa yang ada disekitarnya, begitu juga biru yang kita lihat diatas sana. Laut dan langit saling berhadapan, memantulkan warna satu sama lain. Ketika sinar matahari memancarkan terangnya, berpadu dengan langit biru, semua akan tampak jelas bahwa kita hidup di bawah langit yang satu.

Cerah, terang-benderang. Beberapa orang akan mengeluh tentang panasnya udara, meski sebagian lain menikmati terangnya dari sudut pandang berbeda. Saya menyukai biru dan berbagai warna yang dipantulkan langit diatas sana.

***

Begitulah tentang cuaca, hadirnya tak bisa ditebak. Cepat sekali berubah. Yang tadi terang benderang tiba-tiba menjadi hujan deras. Begitu juga sebaliknya. Kadang, saya berpikir antara cuaca dan perasaan tak ada bedanya. Sama-sama cepat berubah. Hanya kepada Sang Maha Membolak-balikkan hati manusia-lah semua aliran perasaan bermuara. Dan tak ada yang lebih indah dari dua orang yang saling mencintai dalam diam yang saling memeluk dalam doa.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: