Cerita Si Adek Umar yang Dikhitan dan Toilet Training Sekaligus

PERKEMBANGAN Umar yang masuk usia tiga puluh bulan menunjukkan grafik yang signifikan. Begitu juga dengan kemampuan verbalnya, melesat naik dengan kosakata baru yang ditirukannya. Hal ini tentu tidak lepas dari peran orangtua dan dukungan lingkungan yang baik.

Hal ini juga yang menjadi pertimbangan saya untuk memutuskan Umar dikhitan. Empat bulan sebelumnya, kami sudah memulai untuk membiasakan lepas -pasang pampers (meski awalnya masih sering kebobolan), juga dengan bantuan Abangnya, Abang Fatih yang suka menceritakan pengalaman khitannya waktu itu. Abang Fatih bilang, “Dek, sunat ya. Abang udah sunat. Sunat itu (sakitnya) kayak digigit semut”. Kami juga sering mengajak Umar bercerita tentang apa itu sunat, kalo laki-laki harus disunat biar sehat dan kuat sambil mengangkat dua otot bisep saya. Dan hal ini kami lakukan berkala, hingga waktunya tiba.

Saya memutuskan untuk mengambil cuti di akhir tahun ini demi menemani proses khitan Umar. Alhamdulillah, proposal cuti disetujui. Di hari H, saya bertanya kepada Umar. “Adek Umar siap sunat?” “Iyaaap, (insya)Allah” sambil mengangkat dua otot bisepnya seperti yang saya biasa lakukan.

Umar nampak asyik-asyik saja di Rumah Sunat, hingga masuk ke Ruang Tindakan. Nada bicaranya berubah, seolah-olah Umar ingin berkata: “Ayo Ayah, kita cari tempat bermain yang lain saja” sambil menarik tangan hendak keluar. Wallpaper ruang tindakan bergambar Dinosaurus kami jadikan tebak-tebakan untuk membuat cair suasana.

Pak Dokter datang dan tangis Umar tak terbendung lagi. Proses khitan cukup cepat dan lancar. Jenis khitan yang dilewati Umar ini sama seperti Abangnya dulu, Alisklamp. Setelah selesai tindakan, tangisnya reda lalu Umar pun berkata: “Yes, udah”. Membuat kami yang ada di ruang tindakan senyum bahagia. Umar pun tetap mandi, bermain dan beraktifitas seperti biasa. Tentu saja dalam pengawasan ketat kami berdua agar tidak tersenggol. Dan sebelum Pak Dokter memberikan obat pereda nyeri untuk diminum. (Baca cerita sunat Fatih disini).

*

LIMA hari setelah itu kami membawa Umar ke Ruang Tindakan lagi untuk melepas cincin khitannya. Proses pelepasan cincin ini pun singkat dan tangis Umar pecah lagi. Serangkaian proses khitan dilewati dengan baik. Sambil terus minum obat yang diberikan hingga bekas luka khitan benar-benar kering.

*

Khitan ini kami jadikan juga momen terbaik untuk lepas pampers dan toilet training. Selepas khitan (cincin khitan masih melekat) Umar sama sekali tidak menggunakan pampers. Kami sudah membelikan Celana Sunat, awalnya Umar menolak memakai hingga akhirnya ia mau memakai Celana Sunat setelah sesuatu menyenggol luka khitannya.

Proses toilet training Umar kali berbeda dengan abangnya yang terkesan mulus dan jauh dari drama. (Teman-teman bisa baca postingan saya tentang Toilet Training Fatih dulu, disini). Umar tidak menunjukkan sinyal untuk ke Toilet, pipis pun mengalir saja dimana ia rasa nyaman. Meski capek, kami tidak menyerah. Kami bertiga bersama-sama membantu Umar agar dapat melewati khitan dan toilet training dengan baik. Kami membacakannya buku, kami memberitahunya tentang tempat dimana seharusnya BAB/BAK. Abang Fatih pun proaktif seperti menasihati adeknya untuk ke Toilet dan memberi sinyal. Lama- kelamaan, Umar pun mencoba memberi sinyal, meski satu-dua kali kebobolan, tapi Umar menunjukkan progress. Kami sangat mengapresiasi hal ini. Perlahan namun pasti, akhirnya Umar BAB & BAK di Toilet. Alhamdulillah, senang sekali rasanya.

Toilet training Umar ini sudah berjalan tiga pekan, doakan ya teman-teman agar Umar dapat segera lulus Toilet Training dengan baik. Aamiin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow

Get every new post on this blog delivered to your Inbox.

Join other followers: